Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Bacon, Inggris Masuki Perlombaan Daging Laboratorium

Kompas.com - 20/03/2019, 19:34 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com – Para peneliti semakin terpacu untuk menciptakan berbagai macam daging di laboratorium. Terbaru, para peneliti dari Universitas Bath di Inggris ingin menciptakan bacon di laboratorium.

Dilansir dari BBC, Selasa (19/3/2019); insinyur kimia Dr Marianne Ellis yang terlibat dalam studi meyakini daging laboratorium akan menjadi sumber protein alternatif di masa depan.

Sejauh ini, mereka telah berhasil menumbuhkan sel daging tikus di atas jaringan daun sebagai bukti konsep.

Mahasiswa postgraduate Nick Shorten dari Aberystwyth University yang juga terlibat dalam studi berkata bahwa langkah mereka adalah menciptakan bioreaktor untuk memproduksi daging buatan dalam jumlah banyak.

“Jadi babinya masih hidup bahagia dan Anda punya banyak bacon,” ujarnya.

Baca juga: Roti Tepung Kecoak Ini Disebut Lebih Berprotein dari Daging, Mau Coba?

Akan tetapi, tentunya membuat bacon di laboratorium tidak semudah klaim Shorten. Dibutuhkan penelitian selama bertahun-tahun untuk meniru rasa dan teksturnya.

Daging tikus yang mereka tumbuhkan di atas daun, misalnya, ternyata murni jaringan otot dan terasa keras. Untuk menciptakan daging yang bertekstur seperti steak, para peneliti harus menambahkan sel lemak dan sel jaringan lainnya.

Di luar itu, masih ada banyak pertanyaan mengenai bioreaktor yang diimpikan oleh para peneliti.

Ellis mengatakan, apa yang ingin kami lakukan di sini adalah merancang bioreaktor dan bioprosesnya untuk menumbuhkan sel otot pada skala besar yang ekonomis, aman dan berkualitas tinggi, agar kami dapat menyediakan sel otot sebagai daging buatan sebanyak yang diinginkan oleh masyarakat.

Baca juga: Untuk Selamatkan Bumi, Konsumsi Daging Harus Dipangkas 90 Persen

Untuk melaksanakan hal itu, Ellis berencana untuk mengambil sel primer dari hewan yang masih hidup atau baru disembelih, atau dari sel imortal yang terus-terusan membelah. Jika menggunakan sel imortal, artinya tidak ada hewan yang dibunuh dan sel tersebut bisa digunakan terus menerus.

Belum tentu dimakan

Daging buatan laboratorium diperkirakan akan mulai dijual bebas lima tahun lagi. Selain Universitas Bath, sudah banyak tim peneliti yang berkesperimen untuk menciptakan daging laboratorium karena diyakini lebih ramah lingkungan.

Sebagai contoh adalah burger dari daging sapi laboratorium yang pertama kali diciptakan oleh para peneliti Belanda pada tahun 2017. Lalu, ada juga laboratorium Just di California yang tengah menumbuhkan daging ayam dan foie gras buatan.

Akan tetapi, belum tentu masyarakat mau memakannya. Survei yang dilaksanakan di Britania Raya, misalnya, menemukan bahwa hanya seperlima responden yang mau memakan daging buatan laboratorium, sementara 40 persen responden jelas-jelas menolak dan sisanya menjawab tidak tahu.

Baca juga: Demam Daging dan Seafood di Asia Bisa Bebani Lingkungan

Psikolog dari Universitas Bath, Chris Bryant, berkata bahwa ada tiga kekhawatiran mengenai daging buatan laboratorium, yaitu harga, rasa, dan kealamiannya yang juga mencakup isu keamanan.

Kekhawatiran ketiga ini adalah yang paling sulit untuk dipatahkan karena ada keyakinan kuat di antara masyarakat bahwa hal-hal yang alami baik, sedangkan hal-hal yang tidak alami berarti tidak baik.

Pada akhirnya, ujar Bryant, masyarakatlah yang akan menentukan kesuksesan atau kegagalan daging laboratorium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com