Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LAPAN Ungkap 3 Pemicu Banjir Sentani, Salah Satunya Kerusakan Lahan

Kompas.com - 22/03/2019, 11:55 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

BMKG wanti-wanti banjir bandang susulan Sentani

Bencana yang melanda Sentani dan sekitarnya juga diperhatikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Menurut pemantauan BMKG, utara Papua sedang mengalami pertemuan aliran udara akibat sistem pola tekanan rendah di utara Papua. Kondisi ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan awan dan hujan di wilayah Jayapura.

Selain itu, perlu diwaspadai pula pola pertemuan aliran udara dan pertumbuhan awan di Papua bagian selatan,  sebagai dampak adanya pengaruh siklon tropis Trevor, yang saat ini masih berada di Teluk Carpentaria, di sebelah selatan Papua.

Dengan adanya beberapa fenomena di atas, maka 5 hari hingga seminggu kedepan curah hujan diprediksi masih cukup tinggi di Papua.

"Dalam kurun waktu lima sampai tujuh hari kedepan hujan masih akan mengguyur Jayapura dengan intensitas sedang hingga lebat dari malam hingga dini hari. Kami himbau masyarakat untuk tetap waspada dengan kondisi cuaca tersebut," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat berkunjung ke Posko Induk Banjir Sentani di Kompleks Bupati Jayapura, Gunung Merah, Kamis (21/3).

Selain Siklon Tropis Trevor, kata Dwikorita, di selatan Nusa Tenggara Timur juga sedang muncul Siklon Tropis Veronica.

Meskipun jaraknya sekitar 600 kilometer dari pantai NTT, fenomena ini dapat berdampak pada pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT serta ketinggian gelombang laut yang mencapai 4 - 6 meter di perairan selatan Jawa hingga NTT.

Baca juga: Masuki Musim Hujan, Waspada dan Kenali Penyebab Tanah Longsor

Alarm peringatan dini banjir bandang

Menurut Dwikorita, ada sejumlah tanda yang bisa menjadi alarm peringatan dini saat terjadinya banjir bandang.

Di antaranya, air sungai yang tiba-tiba berwarna keruh atau mengalir bersama lumpur, pasir, serta ranting dan batang kayu.

"Selain waspada banjir bandang, masyarakat juga harus waspada terhadap ancaman tanah longsor dan angin kencang," ungkap dia.

Terjadinya perubahan lahan di lereng dan kaki Gunungan Cyclop secara tidak terkendali, semakin memperparah kejadian banjir bandang.

"Hal tersebut dikhawatirkan mengakibatkan makin berkurangnya vegetasi yag menahan aliran air dari atas. Meski di hilir tidak hujan, hujan di hulu ditambah kondisi lereng yang rapuh tentu menjadi pemicu longsoran," tuturnya.

"Semoga Sentani Jayapura dapat segera bangkit dan kepada seluruh korban diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menerima cobaan ini. Pemerintah bersama Papua," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau