Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inseminasi Sukses, Puluhan Domba Hamil dengan Sperma Berumur 50 Tahun

Kompas.com - 19/03/2019, 10:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Sky News


KOMPAS.com - Para ilmuwan Sydney menemukan titik terang untuk menyelamatkan spesies hampir punah. Mereka mengumumkan  berhasil membuat domba hamil dengan menggunakan sperma beku berusia 50 tahun.

Sampel sperma yang diambil dari empat domba jantan, salah satunya bernama Sir Freddie, pada 1968 adalah sperma hidup tertua di dunia.

Para ilmuwan dari Universitas Sydney membuahi 56 domba Merino betina dengan sperma tersebut, dan 34 domba di antaranya hamil.

Tingkat keberhasilannya 61 persen lebih tinggi dibanding sperma beku berusia satu tahun yang bisa menghamili 59 persen domba.

Baca juga: Atasi Kepunahan, Dua Singa Dilahirkan Lewat Inseminasi Buatan

"Kelangsungan hidup berkat sperma beku yang disimpan dalam waktu lama menjadi harapan baru untuk spesies yang terancam punah," kata Profesor Simon de Graaf.

Melansir Sky News, Senin (18/3/2019), sperma itu disimpan dalam bentuk pelet kecil dalam tong nitrogen cain dengan suhu -196 derajat.

Setelah sperma itu dicairkan, peneliti lain Dr. Jessica Rickard menguji motilitas, kecepatan, viabilitas dan integritas DNA.

"Hal yang menarik dari pengujian ini adalah, kami tidak menemukan perbedaan antara sperma beku berusia 50 tahun dan yang berusia satu tahun," kata Jessica.

Domba Sir Freddie, salah satu domba yang sampel spermanya dibekukan pada 1968. Foto ini diambil pada 1969. Domba Sir Freddie, salah satu domba yang sampel spermanya dibekukan pada 1968. Foto ini diambil pada 1969.
"Domba Merino di pertengahan abad lalu memiliki banyak kerutan di tubuh untuk memaksimalkan permukaan kulit menghasilkan wol," imbuh Profesor de Graaf.

"Kerutan di kuli Merino membuatnya sering mendapat serangan lalat," kata de Graaf lagi.

Baca juga: Paling Langka di Dunia, Bayi Kembar dari 1 Sel Telur dan 2 Sperma

Menjelaskan pentingnya uji coba menggunakan sperma berusia 50 tahun juga akan membantu kita melihat kemajuan genetik dalam industri wol selama setengah abad terakhir.

"Hal ini membuat kita dapat membandingkan domba sekarang dan masa lalu," ungkap de Graaf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau