KOMPAS.com - Dalam debat calon wakil presiden (Cawapres) yang berlangsung semalam, Minggu (17/03/2019) Sandiaga Uno mencetuskan program olahraga 22 menit setiap hari. Program tersebut disebut bisa mencegah penyakit sehingga menurunkan biaya berobat.
Sebenarnya, program yang dicetuskan Sandi bukan hal baru di dunia kesehatan. Pemerintah AS, melalui Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat (HHS) sejak 2008 mencanangkan hal ini.
Dalam Pedoman Aktivitas Fisik terbaru tahun 2018, HHS menganjurkan masyarakat melakukan dua jam dan 30 menit seminggu (secara total 150 menit olahraga dalam seminggu) dengan aktivitas fisik aerobik intensitas sedang.
Melansir dari Fitness Magazine, jika dijabarkan, pedoman tersebut sama dengan 22 menit olahraga setiap hari.
Baca juga: Disinggung dalam Debat Pilpres Ketiga, Apa Itu Stunting dan Dampaknya?
Penjabaran tersebut juga diamini oleh Tim Church, seorang ahli fisik sekaligus peneliti yang telah mempelajari olehraga sepanjang karirnya.
"Anda bisa mendapatkan olahraga yang fantastis dalam 22 menit," ungkap Church dikutip dari NPR, Minggu (13/01/2019).
Angka 22 menit dalam pedoman olahraga itu tidak didapatkan begitu saja. Jika dibandingkan dengan tahun 1960-an, manusia saat ini membakar kaliri lebih sedikit karena aktivitas pekerjaannya lebih banyak duduk.
Pedoman aktivitas fisik terbaru 2018 juga menekankan risiko kesehatan dari duduk, berbaring, atau berbaring untuk waktu yang lama selama jam bangun normal. Perilaku menetap ini telah dikaitkan dengan risiko yang lebih besar dari tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan kematian dari sebab apa pun.
Untuk itu, HHS merekomendasikan warganya untuk melakukan 150 menit olahraga setiap minggunya. Jika angka itu dibagi 7 hari maka didapatkan 22 menit.
22 menit sendiri bukan waktu yang lama untuk melakukan olahraga. Dengan pedoman ini diharapkan memunculkan kesadaran tentang pentingnya aktivitas fisik bagi tubuh manusia.
Jika menilik pedoman tersebut, gaya hidup tidak aktif dikaitakan dengan serangkaian penyakit. Artinya, berolahraga bisa mencegah timbulnya risiko penyakit-penyakit itu.
Laporan di laman resmi Harvard University Februari lalu menyebut semakin Anda bergerak maka semakin baik. Meski begitu, laporan itu juga menekankan, sedikit olahraga saja bisa membuat perbedaan dalam kesehatan.
Baca juga: Beda Pemahaman Stunting antara Sandiaga dan Maruf Amin dalam Debat
Hal ini juga diungkapkan profesor kedokteran Harvard Medical School, Dr I-Min Lee, yang mempelajari peran olahraga dalam pencegahan penyakit.
"Studi menunjukkan bahwa jumlah total energi yang dikeluarkan adalah yang penting bagi kesehatan, bukan apakah itu datang dalam waktu singkat atau lama," kata Dr Lee.
"Ini tentu saja merupakan pesan yang menggembirakan bagi orang-orang yang tidak aktif," imbuhnya.