KOMPAS.com - Pada Agustus 2018, seorang bayi laki-laki lahir di Tokyo dengan berat badan hanya 268 gram. Tubuhnya hanya sebesar tangan orang dewasa.
Dokter di Rumah Sakit Universitas Keio, Tokyo, mengatakan jika bayi yang saat itu berumur 24 minggu ini telah berhenti tumbuh dalam rahim ibunya dan harus dilahirkan melalui operasi caesar untuk menghindari kematian.
Setelah operasi, dokter baru mengetahui jika berat dan panjang sang bayi ternyata jauh lebih kecil dari ukuran bayi yang berumur 24 minggu. Sebagai informasi, bayi berusia 24 minggu dianggap sebagai usia yang layak untuk bisa bertahan hidup di luar rahim.
Baca juga: 4 Jenis Pemeriksaan yang Wajib Dilakukan untuk Bayi Prematur
Namun setelah dirawat selama lima bulan, bayi laki-laki ini pun diperbolehkan pulang bersama keluarganya pada 20 Februari lalu. Ia tumbuh menjadi bayi yang sehat dengan bobot 3,2 kilogram, sehingga dinobatkan sebagai bayi laki-laki yang lahir terkecil di dunia dan mampu bertahan hidup.
"Hanya ada empat bayi sekecil ini yang bertahan hidup, menurut yang kita ketahui dalam sejarah umat manusia. Dan ini sangat langka karena anak laki-laki," kata Dr Edward Bell, seorang profesor pediatri neonatal di University of Iowa's Carver College of Medicine dan pendiri dari Tiniest Babies Registry, pusat data bayi-bayi terkecil di dunia sejak tahun 1936.
Bell berkata bahwa bayi laki-laki yang lahir di Tokyo pada Agustus lalu itu merupakan bayi terkecil keempat dalam daftarnya. Sementara itu, peringkat 1-3 anak terkecil dipegang oleh bayi perempuan yang berasal dari Tokyo, Illinois, dan Jerman. Semuanya lahir pada usia 25 minggu.
Dari 210 bayi yang terdaftar dalam Tiniest Babies Registry, sekitar 75 persen adalah perempuan. Ini terjadi karena bayi laki-laki berkembang lebih lambat daripada perempuan, baik di dalam rahim maupun di masa remaja.
"Pada kasus bayi prematur, sebenarnya lebih banyak bayi laki-laki yang dilahirkan, tetapi bayi perempuan lebih banyak yang bertahan hidup," jelasnya.
Seringkali, bayi berhenti berkembang di dalam rahim karena plasenta ibu tidak memberikan oksigen dan nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh dengan baik.
Namun yang terjadi pada bayi laki-laki Tokyo ini memang luar biasa karena meski tak dapat pasokan gizi yang cukup; ia memiliki jantung, paru-paru, otak, dan ginjal untuk bayi seukurannya.
Baca juga: Alat Unik Ini Bisa Cegah Bayi Prematur Kena Gangguan Otak
Meski begitu, Bell menyebut jika ada beberapa risiko pada kelahiran prematur. Salah satunya adalah tinggi badan anak yang mungkin tidak akan sama dengan rata-rata anak yang lain.
"Bahkan jika orang tuanya memiliki tinggi badan rata-rata, bayi laki-laki ini nantinya cenderung menjadi salah satu anak yang lebih pendek," ungkap Bell.
Bayi yang lahir prematur juga menghadapi risiko dalam mengembangkan kemampuan belajar dan masalah kesehatan dibandingkan dengan anak yang lahir normal. Namun, tentu saja hal ini tidak mutlak karena beberapa dari mereka juga memiliki kehidupan yang baik dan menjadi individu yang berbakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.