Lebah betina Wallace akan menggunakan resin atau getah dari tanaman seperti Anisoptera thurifera untuk membuat sarang di dalam sarang rayap Microcerotermes amboinenses.
Lebah betina yang ukurannya sangat besar akan keluar masuk sarang rayap, mencari dan membawa resin untuk "ruang pribadinya".
Hal ini pula yang dijumpai empat peneliti Internasional di hutan hujan tropis Maluku Januari lalu.
Sebelum menemukan dan memotret lebah Wallace, mereka menjumpai gundukan sarang rayap di sebuah pohon.
5. Perjumpaan dengan lebah Wallace
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat, lebah Wallace ditemukan pertama kali pada 1859 oleh Alfred Russel Wallace. Namun baru pada 1861 lebah ini dideskripsikan dan dinamai oleh Frederick Smith.
Sejak saat itu, lebah Wallace hanya dijumpai dengan hitungan jari, yakni pada 1863, 1951, 1953, 1981, 1991, dan terakhir 2019.
6. Disimpan di berbagai museum dunia, tapi tidak di Indonesia
Meski lebah Wallace merupakan jenis asli dan endemik dari Maluku Utara, namun belum ada yang disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense sebagai pusat depositori nasional sekaligus museum zoologi terbesar di Asia Tenggara.
Koleksi yang diperoleh sejauh ini disimpan di museum besar dunia seperti di Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Lebah Raksasa Dijumpai Lagi, Oasis di Tengah Penurunan Serangga Global
7. Memiliki nilai ekonomi tinggi
Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi mangatakan, lebah Wallace memiliki nilai ekonomi tinggi.
Menurut pemberitaan yang beredar, lebah Wallace pernah dilelang dan terjual dengan harga ratusan juta rupiah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.