Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Kesalahpahaman Terbesar tentang DBD dan Nyamuknya

Kompas.com - 14/02/2019, 07:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Jangan salah mengira bahwa dengan terkena DBD sekali, Anda tidak akan terkena DBD lagi seumur hidup. Dijelaskan oleh Dr dr Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI, ada empat serotipe virus Dengue yang bila diurutkan berdasarkan keganasannya di Indonesia adalah DEN-3, DEN-2, DEN-1, dan DEN-4.

Kalau sudah terkena sekali, misalnya DEN-1, tubuh memang akan membuat antibodi terhadap serotipe. Namun, bukan berarti Anda akan terlindung dari DBD. Anda masih bisa terinfeksi DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Leonard mengatakan, selama ini, saya belum pernah dapat pasien kena (DBD) empat kali. Belum dilaporkan juga (di literatur medis). Tapi kalau dari logika, kalau sudah kena empat kali enggak akan kena yang kelima.

4. Anak yang mengalami DBD harus dibungkus dengan pakaian berlapis-lapis

Bila anak mengalami DBD, tentu wajar bila orangtua merasa khawatir dan berusaha melakukan yang terbaik bagi anaknya. Namun, hati-hati. Berbagai mitos justru dapat membuat kondisi anak semakin buruk.

Salah satu yang disoroti oleh dr Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), MSc adalah kebiasaan orangtua untuk membungkus anaknya dengan pakaian berlapis-lapis ketika demam.

Penanganan DBD pada anak yang benar adalah istirahat total, memberikan kompres air hangat, terutama pada lipat ketiak dan pangkal paha, serta membiarkan panas keluar lewat pori-pori. Nah, pemakaian baju berlapis-lapis justru membuat panas tertahan.

Karyanti menyarankan untuk memakaikan pakaian tipis pada anak yang mengalami DBD. Lalu, jangan mengompres anak dengan bumbu-bumbu dapur, seperti daun salam, karena kulit anak yang sensitif bisa alergi dan lecet.

Baca juga: Bukan Hanya Jambu Biji, 10 Tanaman Ini Juga Bisa Jadi Obat DBD

5. Pasien DBD butuh transfusi trombosit

Di tengah wabah DBD seperti ini, permintaan akan trombosit meningkat di sejumlah daerah. Namun, sebetulnya pasien DBD tidak selalu membutuhkan transfusi trombosit.

Leonard berkata bahwa masalah utama DBD adalah kebocoran plasma yang dapat menyebabkan hemokonsentrasi atau pemekatan. Sementara itu, penurunan angka trombosit hanya menunjukkan naiknya kebocoran plasma, dan baru memerlukan transfusi bila disertai pendarahan masif.

“Target kita bukan mengobati trombosit yang rendah, tetapi hematokritnya (angka pemekatan),” ujarnya.

Untuk menannganinya, Leonard menganjurkan pemberian cairan pengganti yang mengandung glukosa dan elektrolit, seperti susu, jus buah, teh manis dengan garam, dan air cucian beras.

Anjuran ini juga disetujui oleh Karyanti dan Saleha yang menambahkan bahwa efek pemberian daun pepaya, jus jambu dan angkak pada pasien DBD belum dibuktikan oleh penelitian. Menurut mereka, angka trombosit akan naik dengan sendirinya ketika DBD berhasil ditangani sehingga Anda tidak perlu berupaya menaikkan trombosit ketika terkena DBD.

Baca juga: Bukan Transfusi Trombosit, Inilah yang Dibutuhkan oleh Pasien DBD

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Fase Demam Berdarah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau