Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Pemuda Ngamuk karena Ditilang, Ini Analisa Psikolog

Kompas.com - 08/02/2019, 17:37 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Viral video pengendara motor yang ngamuk sat ditilang. Tak hanya lewat ucapan, pria bernama Adi Saputra itu juga membanting motor dan melucutinya. Terbaru dia merekam aksi pembakaran STNK.

Publik kemudian mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat pria itu meluapkan emosi di depan umum, termasuk di depan perempuan yang diduga kekasihnya.

Dari kacamata Dr. Rose Mini Agoes Salim, psikolog sekaligus staf pengajar di Universitas Indonesia (UI), dia melihat pria tersebut tempramental yang mudah sekali terpicu emosinya.

"Tapi yang lebih jelas lagi menurut saya, dia enggak punya anger management," kata perempuan yang akrab disapa Romi itu kepada Kompas.com melalui telepon, Jumat (8/2/2019).

Baca juga: Polisi Ungkap Masa Lalu Reva Alexa, Perlukah Hal itu Dilakukan?

Ledakan emosi yang dialami pria itu bisa jadi dipicu oleh banyak hal.

Misalnya karena malu di depan kekasihnya, mungkin kesal, dan bisa juga karena dia sebenarnya tahu bahwa dirinya salah tapi mengingkari hal tersebut. Kesadarannya berbuat salah dapat terlihat dari sikapnya yang seolah takut pada polisi.

"Ini namanya self destructive, menghancurkan diri sendiri. Kadang ada orang marah dia tidak menonjok orang lain tapi memukul dirinya atau menghancurkan apa yang dia miliki," jelas Romi.

Selain itu, Romi juga mengatakan orang yang meluapkan emosi seperti yang dilakukan Adi memperlihatkan saat itu nalarnya tidak berjalan dan dia hanya menggunakan emosinya.

"Pada waktu nalarnya enggak jalan, dia lupa bahwa dengan membakar STNK dan sebagainya justru akan menyulitkannya ke depan, nanti motornya malah enggak punya surat-surat," sambung Romi.

Meski demikian, apa yang kita lihat dalam video viral itu mungkin ibarat seperti permukaan gunung es saja.

Ada kemungkinan sebelum peristiwa ini terjadi, pria tersebut sudah menyimpan rasa marah atau emosi yang tidak terlampiaskan hingga akhirnya ia ditilang.

"Jadi bisa saja sebelumnya sudah ada emosi-emosi yang diredam, kemudian penilangan itu jadi seperti pelatuk yang akhirnya keluarlah semuanya (amarah)," kata Romi menduga.

Dari kasus ini Romi mengingatkan bahwa maraha adalah hal yang wajar untuk semua orang. Namun, kita juga memiliki tugas untuk mengolah dan mengenali emosi tersebut.

Ketika marah setidaknya kita harus tahu apa yang menjadi penyebab atau stimulusnya.

"Harus belajar untuk mengeluarkan reaksi yang sesuai dengan stimulus," kata Romi.

Dalam kasus Adi, stimulusnya adalah ditilang. Namun reaksi yang dikeluarkannya justru terlalu berlebihan.

"Kemudian, dia juga enggak bisa manage rasa marah atau kesalnya. Sehingga reaksinya lebih seperti dia kesal dengan dirinya sendiri," imbuhnya.

Memang orang yang masih muda memiliki emosi yang lebih meletup-letup dibanding orang dewasa. Namun kalau melihat hal yang dilakukan Adi, Romi berprasangka dia sejak awal sudah memiliki tabiat tempramental.

"Dia mudah marah, mudah terpicu oleh situasi. Stabilitas emosinya enggak stabil," kata Romi.

Mengatur emosi dan pesan untuk pasangan orang tempramen

Sejak awal Romi mengatakan bahwa pria itu tidak bisa mengatur emosinya.

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengatur emosi adalah berpikir dengan nalar, mempertimbangkan dampak yang akan terjadi sebelum melakukan sesuatu.

Baca juga: Kasus Ibu yang Tega Setrika Anaknya di Garut, Apa Kata Psikolog?

Kemudian, bila Anda memiliki pasangan yang mudah marah dan gampang tersulut emosinya, Romi berpesan untuk hati-hati.

"Jangan sampai saat sudah melakukan perkawinan makin menjadi (emosinya) dan dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga. Karena orang seperti ini butuh bantuan pakar," katanya.

"Kemudian kalau masih dalam tahap pacar, butuh uluran dari keluarga untuk lebih banyak bertindak membantu mengatasi," imbuhnya.

Romi berpesan, bila pasangan sedang berada di emosi tak terkendali lebih baik mendiamkannya dan tetap mengontrolnya untuk dapat berpikir jernih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com