KOMPAS.com - Senin kemarin (4/2/2019), para ilmuwan melaporkan sesuatu yang berkaitan dengan perubahan iklim lagi. Menurut ahli, di akhir abad ini atau bisa lebih cepat, lautan dunia akan berubah warna menjadi lebih hijau atau lebih biru.
Memang, perubahan warna ini tidak bisa dilihat secara kasat mata. Namun hal ini mengisyaratkan akan terjadi perubahan besar bagi kehidupan bawah laut.
Perubahan warna disebabkan oleh mikroorganisme laut kecil yang disebut fitoplankton, bagian terpenting dalam jaring makanan laut dan siklus karbon global. Fitoplankton memiliki kepekaan tinggi terhadap perubahan suhu laut.
Ketika cahaya dipantulkan organisme, mekar fitoplankton akan menciptakan pola warna-warni di permukaan laut.
Baca juga: Studi Baru, Perubahan Iklim dapat Menyebabkan Bayi Cacat Jantung
Namun, perubahan iklim memicu beberapa fitoplankton makin mekar di beberapa daerah, dan juga membuatnya berkurang di tempat lain. Hal inilah yang nantinya membuat perubahan warna halus di permukaan laut.
Untuk diketahui, warna laut yang bervariasi dari hijau atau biru, tergantung pada jenis dan konsentrasi fitoplankton atau alga di area tersebut. Lautan yang berwarna biru tua artinya memiliki sedikit fitoplankton.
Sebaliknya, jika makin banyak fitoplankton di daerah tersebut maka permukaan air cenderung berwarna hijau.
Menurut NASA, ketika sinar matahari terpapar lautan, sebagian cahaya dipantulkan kembali secara langsung dan mayoritas menembus permukaan laut untuk berinteraksi dengan molekul air.
Dengan mengamati warna laut, para ahli dapat lebih memahami perilaku fitoplankton dan bagaimana pengaruhnya terhadap alam semesta.
"Warna akan menjadi salah satu sinyal awal," kata Stephanie Dutkiewicz, ahli dari Pusat Sains Perubahan Global MT.
"Kita bisa mengamati perubahan (bukan lewat mata tapi alat) bahwa warna laut berubah," sambungnya dilansir Science Alert, Selasa (5/2/2019).
Dalam laporan yang terbit di jurnal Nature Communications, fitoplankton hidup di permukaan laut dan menggunakan sinar matahari serta karbon dioksida untuk fotosintesis. Mereka mengisap karbon ke lautan dan mengeluarkan oksigen.
Saat fitoplankton mati, mereka mengubur karbon di laut dalam. Hal ini merupakan proses penting yang membantu mengatur iklim global.
Sayangnya, fitoplankton juga rentan terhadap pemanasan suhu air khususnya yang diakibatkan oleh perubahan iklim saat ini.
NASA mengatakan, perubahan iklim telah mengubah sifat utama lautan dan mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Mereka tidak hanya butuh sinar matahari dan karbon dioksida, tapi juga nutrisi.
Dutkiewicz berkata, berbagai model ilmiah menunjukkan ada kemungkinan akan terjadi penurunan jumlah keseluruhan fitoplankton di lautan seiring waktu.
Namun dia menambahkan, butuh beberapa dekade sebelum para ilmuwan dapat mendokumentasikan dengan tepat peran yang dimainkan perubahan iklim dalam perubahan tersebut.
Dengan studi yang dilakukannya bersama tim, Dutkiewicz yakin bahwa perubahan warna laut adalah tanda peruabahan pertama yang ditunjukkan lautan akibat perubahan iklim.
Dia bersama tim telah membuat model iklim yang memproyeksikan perubahan lautan, termasuk sifat optiknya sepanjang abad.
Saat dunia lebih hangat 3 derajat Celsius, maka warna laut sudah dapat berubah.
Model tersebut memproyeksikan bahwa area biru di mana menandakan sedikit fitoplankton, akan berubah menjadi lebih biru.
Namun di beberapa perairan seperti di Kutub Utara, pemanasan global akan membuat fitoplankton lebih mekar sehingga area tersebut akan berubah lebih hijau.
Hingga saat ini, suhu dunia naik lebih dari 1 derajat Celsius sejak abad ke-19.
Bila kecepatan stabil dan negara di seluruh dunia tidak mengambil langkah konkrit mengurangi emisi karbon dioksida, para ilmuwan memperkirakan pemanasan dapat meningkat dalam beberapa dekade mendatang.
Baca juga: Sempat Minus 60 Derajat, Apakah Cuaca Ekstrem AS akibat Perubahan Iklim?
Peran fitoplankton
Fitoplankton adalah dasar dari jaring makanan di lautan dan jenisnya sangat beragam.
Jika jenis fitoplankton tertenu menghilang, Dutkiewicz mengatakan hal tersebut akan mengubah kehidupan ikan untuk bertahan hidup dan rantai makanan di dalamnya.
"Perubahan dalam dasar jaring makanan laut mungkin merupakan penanda terbaik dari perubahan ekosistem yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan dan siklus karbon dioksida," imbuh Sonya Dyhrman, pakar fitoplankton dari Lamont-Doherty Earth Observatory, Universitas Columbia yang tidak terlibat dalam studi.
Menurut Sonya, studi yang dilakukan Dutkiewicz dan timnya akan memperkuat pentingnya pemantauan jangka panjang komposisi fitoplankton.
Walau peruabahan warna lautan tidak terlalu dirasakan bagi kita yang awam, tapi bagi dunia ilmiah fenomena ini adalah perubahan signifikan yang memiliki dampak besar.
"Akan butuh waktu untuk menunjukkan perubahan warna laut secara statistik. Namun ini adalah peringatan awal untuk kita semua, bahwa kita benar-benar telah mengubah Bumi," tandas Dutkiewicz.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.