Namun pada pertengahan 1960-an, para ilmuwan menyadari bahwa tar dan nikotin yang mereka saring merupakan zat yang memberi kepuasan tersendiri bagi para perokok.
Dari sini kemudian perusahaan rokok membuat filter yang kurang efektif menyaring nikotin.
Informasi tersebut digali oleh Bradford Harris dan seorang mahasiswi pascasarjana sejarah dan teknologi dari Universitas Stanford.
Mereka mencatat, perusahaan tembakau menjadikan filter rokok sebagai alat pemasaran yang jitu dan mereka tetap memastikan para konsumennya mendapat efek nikotin yang dicari.
Perusahaan rokok disebut membuat klaim tentang manfaat kesehatan dari filter rokok. Hal ini kemudian dicap oleh WHO sebagai penipuan.
Asosiasi Produsen Tembakau yang mewakili sejumlah perusahaan tembakau di Inggris juga dimintai komentarnya oleh CNN, tapi tidak merespons.
Filter tidak hanya berfungsi untuk memblokir beberapa racun, tapi juga membuat asap rokok lebih halus untuk dihirup yang mendorong perokok untuk lebih sering merokok.
Filter juga telah mengubah cara pembakaran tembakau dan sebenarnya meningkatkan beberapa racun dalam asap.
Dengan filter rokok, tingkat kanker paru-paru yang paling umum menurun. Namun jenis kanker paru lain seperti adenokarsinoma meningkat.
"Tingkat kelangsungan hidup kedua jenis kanker ini kira-kira sama," kata David Wilson, seorang ahli paru dari University of Pittsburgh Medical Center.
Ia menambahkan, filter rokok tidak meningkatkan kesehatan perokok, tapi memperburuk lingkungan kita.
Solusi polusi plastik
Di beberapa kota di seluruh dunia, telah disertakan biaya khusus untuk membersihkan jalan di setiap pembelian rokok.
Seorang ahli kimia filter rokok, Mervyn Witherspoon, menawarkan solusi dengan mengganti bahan filter dari sesuatu yang lebih ramah lingkungan dan dapat diolah kembali, misalnya dari rami, lenan, atau kapas.
Namun, usul Witherspoon juga mendapat kontra, salah satunya oleh Elizabeth Smith yang seorang pakar kebijakan tembakau di AS.
Ia berkata filter semacam itu masih mengandung racun dan sebenarnya membutuhkan waktu lama untuk terdegradasi. Selain itu, perokok mungkin juga jadi merasa diperbolehkan membuang puntung rokok sembarangan karena menganggap ramah lingkungan. Akibatnya, hal ini makin memperburuk masalah.
Baca juga: Bagaimana Rokok Bisa Sebabkan Kanker di Seluruh Tubuh?
Pada Oktober 2018, Parlemen Eropa mendukung proposal radikal untuk mewajibkan negara Uni Eropa menghapus 50 persen plastik di filter rokok pada 2025, dan 80 persen pada 2030.
Namun, target itu ditolak. Sebagai gantinya, perusahaan rokok bertanggung jawab untuk mendanai kampanya peningkatan kesadaran, penyediaan asbak di tempat umum, pengumpulan limbah dan menambahkan label "mengandung plastik yang merusak lingkungan" pada bungkus rokok.
Jika negara lain sudah mulai sadar dampak ini, saatnya kita juga berubah dan bertindak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.