Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru Tunjukkan Bagaimana Pegunungan Andes Terbentuk dan Tumbuh

Kompas.com - 24/01/2019, 18:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Andes adalah pegunungan terpanjang di dunia, yang membentuk rangkaian dataran tinggi sepanjang pantai barat Amerika Selatan.

Pegunungan Andes panjangnya lebih dari 7.000 kilometer, lebar mencapai 500 kilometer, dan tinggi rata-rata 4.000 meter sampai yang tertinggi 6.961 meter di atas permukaan laut.

Menjadi pegunungan terpanjang, butuh waktu puluhan juta tahun untuk Andes tumbuh. Menurut studi teranyar, aktivitas letusan gunung berapi dahsyat yang pernah mengguncang Amerika punya andil dalam hal ini.

Melansir Live Science, Rabu (23/1/2019), para ilmuwan menyimpulkan hal tersebut setelah mempelajari sisa-sisa lempeng tektonik benua yang terkubur. Bagi para ahli, apa yang mereka temukan sangat mengejutkan dan belum pernah diamati sebelumnya.

Baca juga: Bukti Perkelahian Kuno di Andes Ditemukan

Sebelumnya para ahli geologi berpendapat bahwa lempeng samudera Nazca yang terletak di bawah Samudra Pasifik bagian timur secara stabil dan terus menerus melakukan penunjaman atau bersubduksi sehingga membuat daratan naik dan tercipta pegunungan Andes yang menjulang tinggi.

"Formasi pegunungan Andes telah lama menjadi paradigma lempeng tektonik," kata rekan penulis studi Jonny Wu, asisten profesor geologi di Universitas Houston dalam sebuah pernyataan.

Namun, setelah mempelajari jejak lempeng Nazca yang berada sekitar 1.500 kilometer di bawah tanah, para ahli yakin lempeng itu tidak melalui subduksi yang stabil dan terus menerus.

Sebaliknya, lempeng Nazca dikoyak pinggiran Andes (tempat di mana subduksi terjadi) karena aktivitas vulkanik.

Untuk membuktikan hal itu, para ahli membuat pemodelan aktivitas vulkanik di sepanjang pinggiran Andes.

"Model ini kami uji dengan melihat pola lebih dari 14.000 rekaman vulkanik di sepanjang Andes. Beberapa di antaranya berasal dari zaman Kapur," kata Wu.

Petunjuk bawah tanah

Sisa-sisa lempeng Nazca bersubduksi jauh di bawah tanah. Lantas bagaimana para ilmuwan mencapai kawasan itu?

Seperti dicatat dalam jurnal Nature, edisi Rabu (23/1/2019), ahli menjelaskan bahwa saat lempeng tektonik bergerak di bawah tanah, yakni ketika merayap di bawah kerak bumi dan memasuki mantel bumi, mereka tenggelam ke inti. Sama halnya daun jatuh tenggelam ke dasar danau.

Namun, lempeng bumi yang tenggelam ini mempertahankan bentuknya dan memberi petunjuk sepert apa wujud permukaan Bumi jutaan tahun lalu.

Dalam kasus lempeng Nazca, lebih dari 5.500 kilometer litosfer, bagian luar ada yang kaku dari kerak dan mantel bumi.

Wu dan timnya mencitrakan lempengan itu menggunakan data yang dikumpulkan dari gelombang gempa, seperti pemindaian computed tomography (CT) yang dimiliki dokter untuk memindai organ dalam tubuh pasien.

"Kami telah berusaha kembali ke masa lalu dengan pengukuran yang lebih akurat dibanding studi sebelumnya. Studi kami lebih detail dari perkiraan sebelumnya. Kami berhasil sampai di zaman dinosaurus," ujar Wu.

Baca juga: Konservasi Berhasil, Gorila Pegunungan Tidak Lagi “Terancam Kritis”

Setelah para ahli menganalisis sisa tektonik di bawah tanah, mereka dapat mengumpulkan fakta bagaimana Andes terbentuk.

Lempeng Nazca yang menghantam zoma transisi atau lapisan terputus-putus di mantel, gerakan lempeng memperlambat dan menyebabkan tumpukan di atasnya.

Model mereka menunjukkan bahwa fase arus subduksi Nazca dimulai di Peru selama periode Cretaceous akhir, sekitar 80 juta tahun lalu.

Kemudian subduksi bergerak ke selatan mencapai Andes selatan di Chili pada periode Kenozoikum awal, sekitar 55 juta tahun lalu.

"Dengan demikian, yang kami temukan bertentangan dengan paradigma saat ini. Subduksi Nazca belum sepenuhnya berkelanjutan sejak periode Mesozoikum, melainkan fase yang berbeda," tulis para ahli dalam laporannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com