Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/10/2017, 22:14 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com -Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE pada 28 september 2017 lalu mengungkap praktik perkelahian purba di Andes.

Perkelahian itu tidak dimaksudkan untuk membunuh, tetapi hanya sebagai ajag pertarungan adu keahlian.

Bukti adanya ritual itu adalah tulang belulang dari abad 13 SM - 6 SM yang dipenuhi luka-luka yang menunjukkan tanda penyembuhan.

Tomohito Nagaoka, seorang profesor antropologi di St. Marianna University School of Medicine di Prefektur Kanagawa. Ada Yuji Seki, K Uzawa, dan Morales Chocano D menemukannya.

BACA: Sinterklas Nyata, Arkeolog Klaim Temukan Makamnya

Tulang belulang itu milik 104 mayat. Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya memiliki luka fisik yang signifikan.

Cedera tulang meliputi retaknya tengkorak, patah tulang wajah, anggota badan, dan sendi-sendi yang terkilir.

Pemeriksaan panggul menunjukan korban berusia rata-rata 35 tahun atau lebih tua, dan tidak ditemukan tanda-tanda malnutrisi.

Dari temuan tersebut, peneliti mengidentifikasi bahwa semasa hidupnya, orang-orang yang kini tinggal tulangnya itu diserang beberapa kali. 

"Catatan kuno menunjukkan bahwa kelompok elit sering bertempur untuk menangkal bencana dan berdoa untuk panen yang baik," ujar Yuji Seki yang merupakan ketua tim investigasi gabungan Jepang-Peru, dan wakil direktur National Museum of Ethnology di Prefektur Osaka, seperti dikutip dari The Asahi Shimbun, Kamis (19/10/2017).

BACA: Misterius, Arkeolog Temukan Porpoise yang Dikubur bak Manusia

Rekannya, Nagaoka, menekankan pentingnya penemuan ini.

"Sangat penting bahwa kita dapat memeriksa keadaan selama hidup, penuaan, penyakit, dan kematian orang-orang Andes Kuno," katanya.

"Luka pada individu tersebut bukan karena perang terorganisir atau penggerebekan," sambungnya.

Menariknya, semua luka sudah menunjukkan tanda-tanda sembuh. Hal ini menunjukkan kekerasan tersebut tidak dimaksudkan untuk membunuh dan korban memang tidak mati.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com