Selain itu, orang di tipe 2 masih dapat merespons jenis terapi bicara atau terapi perilaku kognitif dengan baik. Namun hal ini tidak berlaku untuk tipe 4.
Sementara orang dengan insomnia tipe 1 diyakini memiliki risiko depresi seumur hidup terbesar.
Studi menunjukkan bahwa perawatan insomnia tertentu dapat bekerja dengan sempurna bila diterapkan pada orang dengan tipe tertentu. Sebab itu penelitian di masa depan harus memeriksa hal ini.
Selain itu, identifikasi awal untuk orang dengan insomnia yang memiliki risiko paling besar mengalami depresi dapat membantu pencegahan depresi itu sendiri.
Tsuyoshi Kitajima dari bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kesehatan Fujita di Jepang berkomentar studi ini menunjukkan adanya tipe insomnia yang parah bagi sekelompok orang.
Misalnya orang dengan subtipe 1 dan 2 cenderung mengembangkan gejala di masa anak-anak atau remaja. Ini mirip gejala yang terlihat pada orang dnegan insomnia idiopatik, insomnia yang dialami seseorang di awal kehidupannya tanpa penyebab yang jelas.
Baca juga: 5 Dampak Buruk Insomnia
Namun perlu diketahui, insomnia idiopatik tidak lagi terdaftar sebagi jenis insomnia dalam manual diagnostik yang dikenal sebagai Klasifikasi Gangguan Tidur Internasional Edisi Ketiga.
Kitajima menyarankan, perlu adanya konfirmasi langsung terhadap orang yang benar-benar didiagnosis menderita insomnia.
Para penulis penelitian mencatata, partisipan mereka mengajukan diri untuk ikut serta dalam studi yang berhubungan dengan tidur, dan mungkin ada subtipe lain yang belum teridentifikasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.