Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kutub Magnet Bumi Bergeser, Ahli Sebut Bisa Pengaruhi GPS di Ponsel

Kompas.com - 18/01/2019, 18:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Planet kita memiliki inti bagian dalam terbuat dari cairan logam yang membuatnya bekerja seperti magnet raksasa, dengan kutub utara dan bagian selatan.

Keduanya memiliki tempat yang sama terhadap kutub geografis. Medan magnet adalah "lapisan" kekuatan di sekitar Bumi.

Magnetosfir

Dikenal sebagai magnetosfir, hal ini sangatlah penting bagi kehidupan di planet.

"Medan magnet melindungi kita dari angin tenaga matahari (gelombang partikel dari Matahari) yang dapat menjadi sangat berbahaya," kata geolog Ricardo Ferreira Trindade, dari University of Sao Paulo kepada BBC.

Baca juga: Anomali Misterius di Bawah Benua Afrika Lemahkan Medan Magnet Bumi

Medan magnet terutama dibangkitkan cairan logam yang bergerak di inti bagian dalam Bumi. Perbedaan arus, juga mengubah medan.

Meskipun demikian dalam 10 tahun terakhir hal ini berubah lebih cepat dibandingkan sebelumnya, menurut Trindade.

Magnet Kutub Utara, misalnya, selalu berubah posisi, meskipun dalam rentangan tertentu.

Sementara arah perubahan tidak bisa diramalkan, kecepatannya biasanya tetap.

Sekarang, hal ini bergerak dari Kanada ke Siberia jauh lebih cepat dari pada perkiraan para ilmuwan.

Model

Ini memaksa para ahli geomagnetisme untuk memperbarui Model Magnetik Bumi (WMM), sebuah peta kekuatan magnetik.

Peta digunakan secara meluas pada navigasi militer dan sipil, dan digunakan aplikasi telepon pintar seperti Google Maps.

"Hal ini dibuat dari serangkaian pengamatan di seluruh dunia selama lima tahun. Dari sana, model dunia dibuat, memperlihatkan perubahan ruang dan waktu. Mirip peta 4D," geolog ini menjelaskan.

"Ini model dasar, bahkan untuk memposisikan satelit," tambahnya.

Versi terbaru WMM dikeluarkan pada tahun 2015 dan seharusnya tetap berlaku sampai 2020.

Tetapi kecepatan perubahan magnetosfir membuat para ilmuwan harus memperbaruinya untuk versi yang dijadwalkan keluar pada tanggal 30 Januari.

Selain perubahan kutub, getaran elektromagnetik yang terasa di atas Amerika Selatan pada tahun 2016 juga memaksa dilakukannya pembaruan.

Perubahan yang tidak terduga ini meningkatkan jumah kesalahan pada model yang ada sekarang.

Menurut jurnal sains terkemuka dunia, Nature, peneliti Amerika dan Inggris mengatakan WMM saat ini telah kedaluarsa nyaris mendekati batas yang dapat diterima - dan dapat menimbulkan kemungkinan kesalahan navigasi.

Keamanan satelit

WMM juga diperlukan bagi keamanan peralatan yang mengorbit Bumi.

Medan magnet tersebar secara tidak seimbang dalam kaitan dengan kekuatannya dan memberikan perlindungan yang lebih sedikit jika melemah.

Wilayah ini, terutama pada ketinggian tinggi, lebih peka terhadap angin tenaga surya.

"Peralatan atmosferik, satelit dan teleskop lebih peka terhadap kerusakan jika berada di atas wilayah ini," kata Trindade.

Penyebab

Para ilmuwan masih berusaha memahami penyebab di balik perubahan tersebut.

Gerakan Kutub Utara kemungkinan terkait dengan arus cepat logam cair di bawah kerak Bumi di Kanada, seperti yang diungkap kajian Leeds University tahun 2017.

Philip W. Livermore, salah satu penulisnya, mengatakan ini dapat memperlemah medan magnet di atas Kanada sementara yang di atas Siberia tetap kuat.

Ini akan "menarik" kutub lebih cepat ke arah Rusia.

Medan magnet Bumi sangat beragam sehingga kutub magnet utara dan selatan telah berubah tempat beberapa kali sejak planet terbentuk.

Konfigurasi saat ini telah ada sejak sekitar 700.000 tahun, tetapi ini dapat mulai berubah kapan pun.

Pengaruh

Marcia Ernesto, geolog lain di Sao Paulo University percaya perubahan letak kutub memerlukan waktu 1.000 tahun.

Jadi apakah kita perlu mengkhawatirkannya?

Para ilmuwan mengatakan hal ini dapat menyebabkan masalah teknologi dan mempengaruhi spesies binatang yang bergantung kepada navigasi, termasuk lebah, salmon, kura-kura, paus, bakteri dan burung dara.

"Percepatan perubahan medan magnet dapat menjadi isyarat akan terjadinya perubahan kutub. Tetapi ini dapat juga merupakan perubahan sesaat," kata Ernesto.

Baca juga: Kutub Magnet Bumi Bergeser, Perlukah Indonesia Revisi Arah Mata Angin?

Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, perlu adanya sedikit koreksi.

"Bukan merevisi, tetapi mengoreksi arah utara yg ditunjukkan kompas beberapa derajat sesuai tabel koreksi atau aplikasi koreksi deklinasi magnetik," kata Thomas melalui pesan singkat, Rabu (16/01/2019).

"Koreksi terbesar untuk wilayah sekitar kutub, misalnya para pelaut di laut Arktik," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau