Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spesies Siput Pohon Terakhir Mati dan Spesiesnya Dinyatakan Punah

Kompas.com - 17/01/2019, 21:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - George merupakan seekor siput pohon (Achatinella apexfulva) berusia 14 tahun yang merupakan siput terakhir dari jenisnya yang hidup di Hawaii.

Sayang, ia tidak lagi bisa memperjuangkan spesiesnya karena di awal tahun ini ia dikabarkan mati oleh Departemen Pertanahan dan Sumber Daya Alam Hawaii (DLNR).

Matinya George dan punahnya spesies siput pohon A. apexfulva seharusnya dapat mengingatkan manusia akan masalah hutan di Hawaii yang telah berlangsung selama seabad.

Kalau kita melihat siput berkeliaran bebas di halaman belakang rumah atau ilalang, George lain. Ia tak pernah merasakan kebebasan alam liar karena lahir di penangkaran dan tumbuh di dalam laboratorium.

Baca juga: Kabar Buruk, 60 Persen Varietas Kopi Terancam Punah

Seperti kita tahu, siput tergolong hewan hermaprodit yang memiliki sistem reproduksi jantan dan betina, termasuk George. Namun meski begitu, ahli sebenarnya tetap membutuhkan pasangan A. apexfulva untuk bisa menghasilkan keturunan.

Melansir Science Alert, Rabu (9/1/2019), George memiliki masa remaja yang panjang dan hidup relatif lama (untuk siput). Ia diketahui hanya beberapa kali bereproduksi saat usianya empat sampai lima tahun.


"Pada 1997, ada sepuluh ekor A. apexfulva dibawa ke laboratorium di Universitas Hawaii untuk dipelihara di penangkaran," tulis DLNR Hawaii dalam laman Facebook ketika mengumumkan berita sedih ini.

"Ada beberapa siput yang lahir. Namun tiba-tiba semua bayi siput A. apexfulva itu mati, dan hanya menyisakan seekor. Ia adalah George," sambung mereka.

Menurut David Sischo yang merupakan koordinator program pencegahan kepunahan siput untuk Program Invertebrata Hawaii, spesies siput pertama yang didokumentasikan adalah Achatinella apexfulva pada 1780-an.

Pada masa itu, dan bahkan seratus tahun kemudian, siput pohon itu banyak ditemukan di Hawaii.

Menurut National Geographic, catatan abad ke-19 menuliskan bagaimana masyarakat pada saat itu berhasil mengumpulkan sekitar seribu siput dalam satu hari.

Di Hawaii, siput memberi banyak manfaat untuk manusia. Mulai dari membantu pembusukan tanaman sampai memakan jamur pada daun untuk melindungi pohon dari penyakit.

"Apapun yang berlimpah di hutan adalah bagian integral darinya," kata Michael Hadfield, ahli biologi invertebrata yang menjalankan program penangkaran siput langka asli Hawaii.

Sejak awal 1900-an, beberapa spesies siput satu persatu dinyatakan punah. Hal ini salah satunya mungkin karena siput dikumpulkan orang Eropa dalam jumlah sangat banyak.

Pada 1955, siput rosy wolf (Euglandina rosea) dibawa ke Hawaii agar bisa mengendalikan siput invasif, siput tanah Afrika (Achatina fulica).

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau