Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Segera Uji Coba Hujan Meteor Buatannya di Angkasa

Kompas.com - 17/01/2019, 19:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu fenomena astronomi cantik yang mungkin selalu dinanti adalah hujan meteor. Apa lagi fenomena ini hanya terjadi sekitar 22 kali dalam setahun.

Agar manusia bisa dengan mudah menikmati hujan meteor sesering mungkin atau kapan saja, perusahaan Astro Live Experiences (ALE) dari Jepang telah menyiapkan teknologi yang bisa mengirimkan hujan meteor buatan ke Bumi sesuai perintah.

Ini bukanlah ambisi main-main atau hanya bualan. Pasalnya, mereka sudah mengirim prototipe awal ke luar angkasa dengan roket Epsilon untuk dilakukan uji coba. Mereka menamai proyek ini Sky Canvas.

Melansir Science Alert, Kamis (17/1/2019), satelit itu akan berada di orbit rendah Bumi dengan ketinggian sekitar 400 kilometer dan membawa cukup "peluru" berupa logam yang nantinya akan jadi hujan meteor buatan.

Baca juga: Demi Kenikmatan, Pemerintah Georgia Bakal Bikin Wine di Mars

Hujan meteor buatan yang dimaksudnya sebenarnya merupakan logam kecil berdiameter satu sentimeter yang ditembakkan satelit seberat 65 kilogram ke arah Bumi.

Logam-logam itu dirancang agar bisa memasuki atmosfer sama seperti halnya hujan meteor alami. Kabarnya, hujan meteor ini dapat terlihat hingga jarak 200 kilometer.

"Dibanding meteor alami, meteor kami lebih masif dan pergerakannya lebih lambat sehingga memungkinkan diamati lebih lama," kata Hiroki Kajihara dari ALE kepada Wired.

Namun untuk melakukannya, secara teknis Kajihara mengaku cukup sulit.

Agar bisa terbakar dan menampakkan kilatan seperti hujan meteor alami, peluru logam harus ditembakkan dari satelit dengan kecepatan cukup dan harus sangat pas untuk menghindari peluru yang justru melesat ke luar angkasa.

Seperti diwartakan BBC, Tim Kajihara telah mengembangkan tangki gas yang bisa bergerak dengan tekanan yang menembak peluru dengan kecepatan 8 kilometer per detik.

"Ini adalah sesuatu yang belum pernah dikembangkan di Bumi, jadi kita harus memastikannya langsung di luar angkasa," kata insinyur ALE Adrien Lemal kepada BBC.

Sky Canvas dijadwalkan siap beroperasi tahun depan. Mereka memilih menghujani kota Hiroshima dengan meteor buatan sebagai peringatan 75 tahun setelah AS menjatuhkan dua bom atom di kota tersebut pada Perang Dunia II.

Apa kata ahli lain?

Menurut para ilmuwan lain, proyek ambisius Jepang ini mengkhawatirkan dan ditakutkan justru dapat menciptakan masalah yang signifikan ke depannya.

Hal ini mengingat lingkungan ruang angkasa di sekitar Bumi yang sebenarnya sudah cukup kumuh dipenuhi sampah dan berbagai sistem penelitian yang tidak lagi berfungsi.

Misalnya ada kesalahan pada satelit ALE, seperti salah menembakkan peluru logam meteor, dikhawatirkan akan terjadi benturan dengan peralatan satelit lain.

"Sebelum meletakkan benda di angkasa, kita harus memikirkan dengan hati-hati tentang apa yang dibawa dan misinya," ujar Moriba Jah dari program Ilmu Perilaku Benda Luar Angkasa Universitas Arizona kepada National Geographic.

Selain itu, Jah juga menilai bahwa proyek ini akan menambah masalah polusi cahaya yang bisa mengganggu pengamatan astronomi di sana.

Baca juga: Empat Tahun Lagi, Bulan Bikinan China Bakal Mengorbit di Angkasa

Tren mengirim benda sembrono ke luar angkasa sepertinya sedang mendapat daya tarik dari sejumlah kalangan dan hal ini mengkhawatirkan.

Misalnya tahun lalu Selandia Baru secara diam-diam mengirim cermin yang berbentuk seperti bola disko mengorbit Bumi selama beberapa bulan.

Kemudian ada juga seniman yang mengirim benda mengkilap raksasa bernama Orbital Reflector ke angkasa pada Desember.

Selain itu China juga sempat mengumumkan ingin membuat bulan buatan dengan dalih agar bisa menghemat pendanaan lampu jalan. Lalu ada perusahaan Rusia yang melaporkan ingin memasang iklan di luar angkasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau