Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 40 Tahun, Antartika Kehilangan Es 6 Kali Lipat Lebih Banyak

Kompas.com - 16/01/2019, 12:57 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Peningkatan suhu Bumi akibat global warming tidak hanya berdampak pada satu dua hal, tetapi semua hal yang ada di planet kita. Tak terkecuali mencairnya es di Antartika yang ternyata meningkat enam kali lipat selama empat dekade terakhir.

Kita mungkin sudah tahu akan hal tersebut karena banyak artikel telah membahasnya.

Namun, tahukah apa dampaknya bila es di kutub mencair? Menurut NASA, fenomena tersebut cukup untuk menaikkan permukaan laut secara umum hingga setinggi 58 meter.

Hal itu karena Antartika memiliki daratan es yang tujuh kali lebih banyak dibanding semua daratan d dunia, dan kandungan airnya yang meleleh dapat meningkatkan permukaan laut hingga puluhan meter.

Terbaru, NASA datang membawa kabar buruk dari belahan bumi paling selatan, Antartika.

Baca juga: Dua Teknisi Meninggal di Stasiun Penelitian Antartika, Ini Sebabnya

Dalam studi yang terbit di jurnal Proceeding of National Academy of Sciences, dipaparkan bahwa massa es Antartika menghilang enam kali lipat selama 38 tahun, sejak 1979 hingga 2017.

Fenomena ini disebut sesuai dan dapat menjelaskan alasan naiknya permukaan laut lebih dari setengan inci.

"Es yang mencair itu hanya puncak gunung es. Saat lapisan es Antartika terus mencair, mungkin akan ada kenaikan permukaan laut (secara global) berpuluh meter yang terjadi ratusan tahun ke depan," kata Eric Rignot, penulis utama studi dari Universitas California, Irvine.

Seperti dilansir Newsweek, Senin (14/1/2019), studi yang dilakukan Rignot dan timnya merupakan pengamatan massa es Antartika terpanjang dan mencakup wilayah geografis yang luas, total ada 18 wilayah yang diamati.

Untuk studi ini, tim memeriksa gambar yang diambil pesawat riset NASA dan data satelit yang dikumpulkan beberapa lembaga.

Temuan mereka menunjukkan bahwa antara 1979 sampai 1990, Antartika kehilangan sekitar 40 miliar ton es setiap tahunnya.

Namun pada periode 2009 sampai 2017 terjadi peningkatan signifikan, yakni melonjak menjadi 232 miliar ton es setiap tahun.

Faktanya, es yang mencair antara 2001 sampai 2017 itu 280 persen lebih tingg dibanding periode 1979 sampai 2001.

Selain data tersebut, tim juga menunjukkan bagaimana wilayah Antartika Timur memainkan peran penting dalam tren yang diidentifikasi.

"Sektor Antartika Timur mengalami dampak langsung dalam fenomena mencairnya es Antartika, sejak 1980-an. Kami menemukan wilayah ini lebih sensitif terhadap perubahan iklim," kata Rignot.

"Ini perlu kita sadari dan ketahui, karena wilayah tersebut menyimpan lebih banyak es dibanding Antartika Barat dan Semenanjung Antartika," sambung ahli yang juga tergabung di Jet Propulsion Laboratory milik NASA.

Sementara itu, kawasan es yang berdekatan dengan laut dengan suhu lebih hangat cenderung mengalami dampak yang lebih buruk.

"Saat pemanasan global dan penipisan ozon membawa lebih banyak suhu panas ke daerah tersebut, mereka akan berkontribusi pada kenaikan permukaan laut di Antartika dalam beberapa dekade mendatang," jelas Rignot.

Hal terpenting dari studi Rignot ini adalah fakta bahwa es Antartika yang meleleh tidak hanya di beberapa titik kecil, namun di daerah yang sangat luas.

Baca juga: 200 Tahun Ini, Antartika Alami Peningkatan Hujan Salju yang Tak Normal

Di sisi lain, studi yang terbit pada Juni 2018 di jurnal Nature mengungkap bahwa Antartika mungkin telah kehilangan 2.720 miliar ton es antara 1992 sampai 2017. Makalah tersebut juga menemukan bahwa laju kehilangan es meningkat tiga kali lipat selama periode tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau