Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencair dari Dalam, Ada Zona Panas Misterius di Bawah Antartika

Kompas.com - 23/11/2018, 17:36 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ada sesuatu yang tidak biasa tersimpan di Antartika. Sebuah studi baru berhasil mengungkapkan adanya zona panas di bawah lapisan esnya

Tim peneliti untuk Antartika menemukan hal ini dengan menggunakan data radar pesawat melalui jarak 3 kilometer. Metode ini memberikan gambaran tentang ketebalan, struktur, kondisi lapisan es, dan seluruh lapisannya.

Dilaporkan dalam jurnal Scientific Report minggu ini, ukuran zona panas di bawah Antartika berukuran tiga kali lipat luas kota London. Dengan luas tersebut, zona panas ini tidak mungkin hilang dari Antartika dalam waktu dekat.

Para peneliti pun mencatat bahwa panas yang ekstrem ini telah menyusutkan area es seluas 100x50 kilometer.

 Baca juga: Seluruh Anggotanya Perempuan, Tim Ekspedisi Antartika Patahkan Mitos

“Ini adalah proyek yang sangat menarik, menjelajahi daerah yang jarang disurvei di planet kita. Hasilnya cukup tidak terduga, karena banyak orang berpikir wilayah Antartika terbuat dari bebatuan es kuno yang tidak memiliki dampak pada lapisan es di atasnya,” ujar penulis utama studi ini Tom Jordan dari British Antarctic Survey (BAS).

“Temuan ini menunjukkan bahwa bahkan di bagian dalam benua kuno, geologi yang mendasari dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap es,” imbuhnya seperti yang diberitakan oleh IFL Science pada Kamis (15/11/2018).

Sampai saat ini, belum diketahui berapa lama titik panas tersebut sudah berada di sana. Namun para peneliti yakin, kondisi ini bukanlah hal yang baru. Para peneliti memperkirakan zona panas tersebut sudah ada selama ribuan atau mungkin jutaan tahun.

Dengan suhu global yang terus meningkat, wilayah Antartika mungkin menjadi sangat rentan terhadap pencairan di masa depan karena mendapatkan panas dari luar dan dari dalam.

Baca juga: Satelit ESA Temukan Sisa-sisa Benua yang Hilang di Bawah Antartika

"Proses pelelehan yang kita amati mungkin telah terjadi selama ribuan bahkan jutaan tahun dan tidak secara langsung berkontribusi pada perubahan lapisan es. Di masa depan, air tambahan di lapisan es dapat membuat kawasan ini lebih sensitif terhadap faktor eksternal seperti perubahan iklim," ujar Jordan.

Sejauh ini, para peneliti menduga penyebab adanya zona panas tersebut adalah batuan radioaktif serta air panas geotermik yang datang dari bawah tanah. Panas ini melelehkan dasar lapisan es, menghasilkan air lelehan yang mengalir jauh di bawah lapisan es yang mengisi danau subglasial di hilir.

Namun, ini masih sekedar hipotesis, pasalnya para peneliti tidak yakin karena tidak dapat mengakses bebatuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau