Pada bulan September lalu, Amerika Serikat dan Rusia memblokir tindakan PBB yang akan membahas legalitas sistem senjata yang memanfaatkan intelijen buatan tanpa perlu operator manusia.
Berinvestasi dalam riset AI adalah elemen dari Strategi Keamanan Nasional "Amerika first" yang dicanangkan Trump pada Desember 2017.
Dokumen itu mengatakan, "Amerika Serikat akan memprioritaskan teknologi baru yang penting bagi pertumbuhan dan keamanan ekonomi, seperti ilmu data, enkripsi, teknologi otonom, pengeditan gen, bahan baru, nanoteknologi, teknologi komputasi canggih, dan kecerdasan buatan,."
"Mulai dari mobil yang bisa mengemudi sendiri hingga senjata otonom, bidang kecerdasan buatan, khususnya, mengalami kemajuan pesat," imbuhnya.
Sebulan kemudian, Pentagon mengeluarkan strategi untuk berinvestasi secara luas dalam penerapan otonomi militer, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mesin.
"Termasuk pada penerapan cepat terobosan komersial, untuk mendapatkan keunggulan militer yang kompetitif," ungkap Kementerian Pertahanan AS itu.
Baca juga: Seorang Youtuber Ungkap Serangga dengan Sengatan Paling Membakar
Namun, penelitian semacam ini telah lama memicu keprihatinan berbagai ahli. Salah satunya Stephen Hawking.
Hawking bahkan memperingatkan bahwa pengembangan AI yang tidak diatur dapat menyebabkan akhir dunia. Sebaliknya, pengusaha Elon Musk lebih siap merangkul teknologi yang muncul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.