Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/01/2019, 16:12 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Hari mengibaratkannya seperti konflik harimau dan manusia di Sumatra.

“Itu kan tidak bisa dibilang populasi harimau bertambah banyak, tetapi ia mencari makan di wilayah manusia. Bisa jadi tawon ini juga sama. Jadi, belum tentu outbreak (ledakan populasi), tetapi sekarang dia berpindah ke lingkungan manusia,” katanya.

Baca juga: Viral Video Semut Bikin Jembatan Tali untuk Serang Sarang Tawon

Apa yang harus dilakukan?

Menanggapi kasus ini, Hari berkata bahwa pembasmian V affinis secara total bukanlah langkah yang bijak karena hewan ini memiliki peran ekologi yang sangat penting bagi lingkungan. Salah satunya adalah sebagai pengendali hama alami.

“Jangan sampai kalau ini hilang, terjadi outbreak hama dan menganggu pertanian,” ujarnya.

Selain itu, kalaupun V affinis dihilangkan, Hari memprediksi bahwa posisinya akan digantikan oleh jenis tawon lain sehingga tidak menyelesaikan masalah.

Sebagai solusi, Hari menyarankan untuk melakukan pengendalian terpadu agar populasi V affinis terkontrol, tentunya dengan mempertimbangkan keselamatan manusia.

Pada saat ini, Pemadam Kebakaran Klaten sebetulnya telah mengupayakan pengendalian terpadu yang mempertimbangkan keselamatan manusia. Mereka berusaha untuk memindahkan sarang V affinis ke lokasi yang lebih aman. Namun bila sarang ditemukan berada di sekitar warga dan berpotensi menyerang, maka sarang akan dimusnahkan.

Sayangnya, kemampuan Damkar untuk memindahkan atau memusnahkan sarang tawon tidak secepat perkembangbiakan tawon ini.

Baca juga: Tawon Malaysia Bermain Air dan Orang Pun Bertanya-tanya Maksudnya

Kemudian karena tawon bersifat sebagai pemakan bangkai, sisa-sisa daging dan fermentasi di tempat sampah bisa menjadi sumber makanan V affinis. Oleh karena itu, Hari berpendapat bahwa dalam pengendalian terpadu juga harus mencakup sanitasi lingkungan yang masih perlu dipikirkan.

“Lalu, pengendalian hayati untuk kontrol populasi juga harus dipikirkan melalui kegiatan riset,” tambah Hari.

Kepada masyarakat, Hari berpesan untuk lebih berhati-hati terhadap sarang tawon dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya, seperti menganggu sarang tawon atau memindahkan sarang meski tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut.

“Intinya, dalam kondisi sekarang saat belum bisa dikontrol populasinya, masyarakat harus bisa ‘hidup berdamai’ dengan tawon,” tuturnya.

Lalu, masyarakat juga harus lebih perhatian terhadap lingkungannya. Hari menyarankan untuk mengecek kondisi rumah seminggu sekali untuk mendeteksi keberadaan sarang tawon. Bila sarang masih kecil dan populasinya belum banyak, sarang bisa dipindahkan sendiri tanpa menunggu damkar.

Secara medis, serangan tawon ini juga tidak boleh disepelekan. Masyarakat yang terserang serangga harus segera meminta pertolong medis, sedangkan petugas kesehatan harus melakukan melakukan pengamatan yang serius terhadap pasien.

Hari mengatakan, menurut saya, ini bukan pekerjaan yang pendek. Perlu dua tahun atau lebih mungkin, sampai kita bisa mengendalikan populasinya.

“Hal ini perlu suatu dukungan yang besar dari pihak Pemda untuk menggerakan seluruh potensinya dalam melakukan koordinasi dengan cepat. Jadi tidak hanya damkar yang memusnahkan sarang, tetapi dinas kesehatan, lingkungan hidup, dan dinas pertanian juga harus bergerak,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com