KOMPAS.com – Hiu dikenal sebagai hewan karnivora yang memiliki agresivitas yang sangat tinggi. Di lautan, hiu menempati tingkat tertinggi dalam rantai makanan.
Bahkan, keganasan hiu sudah dimulai sejak mereka dalam kandungan.
Di dalam rahim sang induk, embrio atau janin hiu saling bersaing dengan embrio lain, yang sebenarnya adalah saudara mereka. Tak tanggung-tanggung, mereka berkompetisi dengan memakan satu sama lain.
Kengerian tersebut ditambah dengan fakta bahwa embrio hiu melakukan pergerakan yang aktif antara uterus.
Seperti dilansir dari Science Alert, Jumat (21/12/2018), hal ini terungkap oleh para peneliti dari Okinawa Churaumi Aquarium di Motobu, Jepang.
Baca juga: 85 Juta Tahun Lalu, Hiu Mencoba Makan Reptil Terbang Raksasa
Para peneliti menemukan, anak-anak hiu perawat yang belum lahir (Nebrius ferrugineus) tidak hanya bergerak di sekitar rahim induknya sendiri, tetapi antar-uterus.
"Data kami menunjukkan adanya migrasi embrio yang sering antara uterus kanan dan kiri, hal ini bertentangan dengan janin mamalia yang dikenal menetap," tulis tim dalam laporan mereka.
Temuan ini didapatkan setelah para peneliti melakukan pemindaian ultrasound dengan alat ultrasound yang biasa digunakan untuk memindai janin perempuan hamil manusia. Hanya saja, kali ini alat tersebut diterapkan untuk hewan laut.
Penelitian ini sudah dilakukan dalam beberapa tahun dengan para peneliti mempelajari tiga hiu perawat yang hamil di sebuah tangki akuarium pameran.
Selama studi, para peneliti menangkap lebih dari 40 klip ultrasound. Hasilnya setidaknya empat hiu kecil yang terlihat bergerak-gerak pada masing-masing induk hiu.
Pada satu induk hiu perawat, embrio bertukar sisi tiga kali. Namun yang mengejutkannya, pada subjek lain, gerakan tersebut jauh lebih ekstrem dengan total 24 perpindahan tercatat sepanjang masa kehamilan.
Cara yang dilakukan anak hiu di dalam uterus induknya adalah dengan membuka jalan untuk melakukan perpindahan.
Menariknya, anak hiu tersebut dapat berenang di dalam uterus induk dengan kecepatan 8 centimeter per detik. Itu adalah kecepatan yang tidak main-main untuk dilakukan di ruang yang sempit.
Dalam pantauan para peneliti, awalnya induk memiliki dua anak hiu di masing-masing uterus (empat embrio dalam kandungan). Kemudian, jumlah ini berkurang menjadi tiga.
Baca juga: Lama Jadi Teka-teki, Alasan Hiu Raksasa Megalodon Bisa Punah Terurai
Dua bulan kemudian, para peneliti menemukan, hanya tersisa dua anak hiu dalam rahim sang induk. Hingga akhirnya, hanya ada satu anak hiu yang menjadi pemenang dalam kontestasi menjadi yang hidup di alam liar.