Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Mangsa Saudara dalam Rahim Induk, Bukti Hiu Ganas Sejak "Janin"

Kompas.com - 23/12/2018, 17:35 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Hiu dikenal sebagai hewan karnivora yang memiliki agresivitas yang sangat tinggi. Di lautan, hiu menempati tingkat tertinggi dalam rantai makanan.

Bahkan, keganasan hiu sudah dimulai sejak mereka dalam kandungan.

Di dalam rahim sang induk, embrio atau janin hiu saling bersaing dengan embrio lain, yang sebenarnya adalah saudara mereka. Tak tanggung-tanggung, mereka berkompetisi dengan memakan satu sama lain.

Kengerian tersebut ditambah dengan fakta bahwa embrio hiu melakukan pergerakan yang aktif antara uterus.

Seperti dilansir dari Science Alert,  Jumat (21/12/2018), hal ini terungkap oleh para peneliti dari Okinawa Churaumi Aquarium di Motobu, Jepang.

Baca juga: 85 Juta Tahun Lalu, Hiu Mencoba Makan Reptil Terbang Raksasa

Para peneliti menemukan, anak-anak hiu perawat yang belum lahir (Nebrius ferrugineus) tidak hanya bergerak di sekitar rahim induknya sendiri, tetapi antar-uterus.

"Data kami menunjukkan adanya migrasi embrio yang sering antara uterus kanan dan kiri, hal ini bertentangan dengan janin mamalia yang dikenal menetap," tulis tim dalam laporan mereka.

Temuan ini didapatkan setelah para peneliti melakukan pemindaian ultrasound dengan alat ultrasound yang biasa digunakan untuk memindai janin perempuan hamil manusia.  Hanya saja, kali ini alat tersebut diterapkan untuk hewan laut.

Penelitian ini sudah dilakukan dalam beberapa tahun dengan para peneliti mempelajari tiga hiu perawat yang hamil di sebuah tangki akuarium pameran.

Selama studi, para peneliti menangkap lebih dari 40 klip ultrasound. Hasilnya setidaknya empat hiu kecil yang terlihat bergerak-gerak pada masing-masing induk hiu.

Pada satu induk hiu perawat, embrio bertukar sisi tiga kali. Namun yang mengejutkannya, pada subjek lain, gerakan tersebut jauh lebih ekstrem dengan total 24 perpindahan tercatat sepanjang masa kehamilan.

USG hiu Perawat oleh peneliti Jepang USG hiu Perawat oleh peneliti Jepang

Cara yang dilakukan anak hiu di dalam uterus induknya adalah dengan membuka jalan untuk melakukan perpindahan.

Menariknya, anak hiu tersebut dapat berenang di dalam uterus induk dengan kecepatan 8 centimeter per detik. Itu adalah kecepatan yang tidak main-main untuk dilakukan di ruang yang sempit.

Dalam pantauan para peneliti, awalnya induk memiliki dua anak hiu di masing-masing uterus (empat embrio dalam kandungan). Kemudian, jumlah ini berkurang menjadi tiga.

Baca juga: Lama Jadi Teka-teki, Alasan Hiu Raksasa Megalodon Bisa Punah Terurai

Dua bulan kemudian, para peneliti menemukan, hanya tersisa dua anak hiu dalam rahim sang induk. Hingga akhirnya, hanya ada satu anak hiu yang menjadi pemenang dalam kontestasi menjadi yang hidup di alam liar.

Dengan temuan terbaru ini, membuktikan bahwa tampaknya serviks induk hiu tidak benar-benar rapat dan memungkinkan masuknya air kedalamnya. Itu memudahkan embrio hiu untuk melakukan penjelajahan dalam rahim induknya.

Para peneliti juga menduga, embrio hiu turut memangsa telur-telur yang ada pada induk mereka. Hal ini disebabkan hiu tidak memiliki kuning telur dari plasenta untuk menopang makanan anak hiu.

"Tampaknya dalam mode reproduksi ini, kemampuan berenang aktif embrio memungkinkan embrio hiu untuk secara efektif mencari dan memakan telur bergizi dalam lingkungan uterus," para ujar para peneliti yang studinya diterbitkan pada jurnal Ethology.

Meski demikian, para peneliti belum dapat menyimpulkan bahwa semua jenis hiu melakukan hal yang serupa.

Pasalnya, sejauh ini, temuan menunjukkan pergerakan anak hiu pada jenis lain hanya sebatas pembukaan dan penutupan mulut mereka, yang kemungkinan besar untuk membantu mereka dalam respirasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com