Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bak Fiksi Ilmiah, Katedral Bawah Tanah Ini Lindungi Tokyo dari Banjir

Kompas.com - 20/12/2018, 19:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

"Bahkan pada 1950 dan 1960-an, saat Jepang tengah berusaha bangkit dari perang, pemerintah telah menginvestasikan sekitar 6-7 persen dari anggaran nasional untuk bencana dan pengurangan risiko," kata Miki Inaoka, pakar bencana di Japan International Cooperation Agency (JICA).

Perencana kota di Tokyo harus mempertimbangkan berbagai sumber banjir.

Jika hujan deras terjadi di hulu, maka sungai akan bertambah deras dan merendam kawasan perkotaan di hilir. Atau jika hujan terjadi di kota, maka sistem pembuangan air akan kesulitan menanganinya, atau mungkin ada tsunami yang mengancam kawasan pesisir.

Tapi bagaimana jika gempa menghancurkan bendungan atau saluran air?

Setelah perencanaan beberapa dekade dan pembangunan nonstop, kini Tokyo memiliki belasan bendungan, waduk dan saluran air. Jika membelah permukaan tanah kota ini, seperti Anda membelah kue ulang tahun, akan terlihat terowongan bawah tanah yang berdampingan dengan jalur kereta bawah tanah dan pipa gas di seluruh kota.

Saluran Pembuangan Bawah Tanah Kawasan Metropolitan (MAOUDC) dan 'katedral banjir' senilai hampir Rp30 triliun adalah satu satu keunggulan teknik yang paling mengesankan di kota ini.

Sistem ini selesai dibangun pada 2006 setelah pengerjaan 13 tahun, dan merupakan fasilitas pemecah banjir terbesar di dunia, serta bagian dari upaya Tokyo untuk terus-menerus memperbaiki sistem air mereka.

"Jepang adalah negara yang sangat percaya pada pembelajaran," kata Torajada, yang mengunjungi sistem MAOUDC pada 2017.

Baca juga: NASA Ciptakan Alat Peramal Banjir, Begini Cara Kerjanya

"Ini menarik untuk contoh kasus," imbuhnya.

Saluran itu menyedot air dari sungai ukuran kecil dan menengah di Tokyo Utara dan memindahkannya ke Sungai Edo yang lebih besar dan lebih bisa menangani volume.

Ketika salah satu sungai meluap, air akan jatuh ke satu dari lima tangki silindris setinggi 70 meter yang tersebar di sepanjang saluran ini.

Masing-masing tangki ini cukup untuk menampung pesawat luar angkasa atau Patung Liberty dan terhubung ke jaringan sepanjang 6,3km di saluran bawah tanah.

Saat air mendekati Sungai Edo, 'katedral air banjir' yang dikunjungi Tortajada mengurangi alirannya, sehingga pompa air bisa mendorongnya ke sungai.

Bayangkan saja kekuatan Saluran Pembuangan ini. Anda berdiri di kolam standar 25 meter yang penuh sampai ke permukaan dan terhubung ke pompa dengan kekautan 13.000 tenaga kuda yang membuang air.

Jika pompa itu menyala, maka cuma butuh waktu tiga detik untuk mengosongkannya, poma bisa mendorong 200 ton air per detik.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau