KOMPAS.com – Perubahan iklim bukan hanya mempengaruhi lingkungan sekitar, seperti perubahan suhu dan peningkatan air laut. Perubahan iklim juga diketahui dapat memberikan pengaruh pada makhluk hidup.
Salah satu dampak pemanasan global yang cukup mengkhawatirkan adalah adanya kemungkinan di masa depan penyu hanya melahirkan tukik betina atau yang disebut para ahli sebagai "feminisasi".
Ini terungkap melalui sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology yang memperkirakan bahwa hingga 93 persen tukik dalam populasi penyu hijau yang penting hanya berjenis kelamin betina pada tahun 2100.
Hal ini karena penyu tidak seperti manusia atau mamalia lainnya. Jenis kelamin penyu tidak ditentukan oleh kromosom, melainkan suhu yang diterima telur saat dieram.
Baca juga: Studi Baru: Sampah Plastik Kontaminasi Penyu Sejak Menetas
"Semua spesies penyu laut memiliki temperature-dependent sex determination (TSD). Artinya, tidak seperti manusia yang jenis kelaminnya ditentukan oleh genotipe; suhu yang diterima selama inkubasi telur akan menentukan apakah embrio penyu berkembang sebagai jantan atau betina," ujar Rita Patricio, dari Universitas Exeter, Inggris, kepada Newsweek, Rabu (19/12/2018).
Pada dasarnya, penyu membutuhkan suhu untuk inkubasi telur sekitar 29 derajat celcius untuk menyeimbangkan jenis kelamin yang akan lahir. Ketika suhu tersebut berubah menjadi lebih rendah, maka tukik yang kemungkinan besar akan lahir berjenis kelamin laki-laki dan sebaliknya.
“Tapi karena dalam seratus tahun terakhir planet (bumi) telah memanas pada tingkat yang mengkhawatirkan, dan akan terus bertambah dengan cepat, suhu inkubasi alami menjadi lebih hangat, dan rasio jenis kelamin penyu laut menjadi lebih condong ke arah betina," jelas Patricio.
Saat ini, diperkirakan sekitar 52 persen penyu hijau dari populasi di seluruh negara adalah betina. Namun, proyeksi para peneliti yang memperhitungkan suhu hangat tentang skenario Perubahan Iklim menunjukkan antara 76 dan 93 persen akan menjadi perempuan pada akhir abad ini.
Baca juga: Lebih dari 60 Persen Spesies Penyu Punah atau Terancam Punah
Para peneliti mengatakan bahwa rasio tingginya pertumbuhan betina dibandingkan pejantan pada awalnya memberi dampak positif dalam meningkatkan populasi penyu hijau. Namun seiring waktu, hal ini justru bisa menjadi bumerang yang mengancam keberadaan spesies mereka di muka bumi.
"Ketika kita memiliki 90 persen lebih betina dilahirkan, kita mulai khawatir, karena ini mungkin menunjukkan tidak akan ada cukup pejantan untuk kawin dengan semua betina ini, sehingga populasi menjadi tidak berkelanjutan dan pada waktunya mungkin binasa," jelas Patricio.
Para peneliti juga menemukan bahwa naiknya permukaan laut yang disebabkan oleh perubahan iklim juga bisa menenggelamkan 33 hingga 43 persen sarang penyu yang ada di kepulauan.
Patricio mengimbuhkan, penangkapan penyu hijau, baik sengaja mau pun tidak, juga menjadi faktor hilangnya populasi mereka di alam liar.
Hal ini diperburuk oleh sampah plastik yang tersebar di lautan. Seperti yang terjadi pada Minggu (09/12/2018) di Kulon Progo, Yogyakarta, ditemukan seekor penyu yang mati dan dari perutnya, terburai sampah plastik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.