Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru: Sampah Plastik Kontaminasi Penyu Sejak Menetas

Kompas.com - 14/09/2018, 14:06 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Beberapa tahun terakhir, para ilmuwan menyadari bahwa binatang laut mulai dari plankton hingga paus sering tak sengaja mengonsumsi plastik.

Ini disebabkan, ada sekitar 10 juta ton sampah plastik yang berakhir di lautan setiap tahunnya. Penyu adalah beberapa hewan pertama yang diketahui pernah mengonsumsi plastik dengan catatan awal pada tahun 1980-an.

Dikutip dari The Independent, Kamis (13/09/2018), sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature melakukan percobaan untuk dapat mengukur seberapa besar bahaya plastik pada populasi penyudi Queensland, wilayah perairan timur Australia.

Britta Denise Hardesty dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), pemimpin penelitian ini, melakukan pemeriksaan pada sekitar 1000 ekor penyu yang sudah mati.

Hal itu dilakukan untuk memahami bagaimana plastik berperan dalam kematian penyu-penyu tersebut.

Hasilnya, separuh lebih dari jumlah yang diteliti, penyu sudah terkontaminasi plastik sejak mereka baru menetas.

Seperempat lainnya mengonsumsi pada usia muda dan 15 persen sisanya terkena dampak plastik pada usia dewasa.

"Kami berpikir bahwa penyu kecil kurang selektif dalam apa yang mereka makan ketimbang penyu dewasa yang makan rumput laut dan krustasea, penyu muda berada di daerah laut lepas pantai dan sebaliknya penyu dewasa mencari makan di dekat pantai," ujar Hardesty.

Meskipun plastik dapat melewati sistem pencernaan tubuh dan keluar melalui feses, namun tetap ada kemungkinan untuk tetap berada di dalam tubuh, terakumulasi, dan membunuh penyu dengan menyumbat atau merobek usus mereka.

"Karena saluran pencernaannya, mereka tidak memuntahkan apa pun," kata Hardesty dikutip dari BBC, Kamis (13/09/2018).

Baca juga: Lebih dari 60 Persen Spesies Penyu Punah atau Terancam Punah

"Jika itu berakhir di tempat yang salah, bahkan satu potongan plastik tipis dapat menghalangi saluran pencernaan dan artinya tidak ada yang bisa lewat dan akhirnya sumbatan itu bisa mengakibatkan kematian," sambungnya.

Jumlah potongan plastik di usus penyu-penyu itu pun bervariasi ada yang hanya satu potongan hingga lebih dari 300. Hal ini sangat berbahaya. 

Bahkan, para ilmuwan menyimpulkan bahwa penyu memiliki kemungkinan kematian 50 persen lebih tinggi setelah mengkonsumsi empat belas potongan plastik.

Sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa ada dampak berbahaya dari plastik yang tersebar di lautan, dan penyu sebagai yang mengonsumsinya. (KOMPAS.com/Kathy Townsend) Sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa ada dampak berbahaya dari plastik yang tersebar di lautan, dan penyu sebagai yang mengonsumsinya. (KOMPAS.com/Kathy Townsend)

"Kita harus meluangkan waktu untuk memahami penyu, sejarah alami, dan peran penting mereka terhadap lingkungan, atau risiko kehilangan mereka di mana mereka punah," kata Mickey Agha, peneliti dari University of California yang terlibat dalam penelitian ini.

Penyu sendiri diketahui sebagai hewan yang memiliki umur yang sangat panjang. Namun dengan kenyataan ini, para ilmuwan meragukan keberhasilan mereka untuk mempertahankan eksistensi populasi.

Terlebih, begitu banyak penyu muda yang mengkonsumsi plastik. Artinya, hal ini memberikan dampak jangka panjang yang mengerikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau