KOMPAS.com - Sebuah penelitian terbaru menunjukkan analisis untuk ledakan bola api misterius yang meledak di atas Greenland pada Juli lalu. Menurut penelitian tersebut, ledakan meteorit itu telah memberikan uji kasus unik untuk mempelajari struktur dunia asing yang jauh dan tertutup es.
Selama berbulan-bulan para peneliti menggali data dari meteorit tersebut. Salah satu data awal menunjukkan bahwa meteorit ini adalah salah satu bola api paling energik tahun 2018.
Namun, bagi warga Qaanaaq, kota paling timur Greenland, bola api yang meledak malam itu menyebabkan tanah berguncang. Bahkan, polisi lokal berpikir bahwa malam itu ada serangan meteorit.
Peristiwa tersebut sebenarnya terjadi pada 25 Juli lalu, tapi dunia baru mengetahuinya seminggu kemudian. Dunia baru menyadarinya ketika Ron Baalke, ilmuwan Badan Antariksa AS (NASA) mengunggahnya di twitter.
A fireball was detected over Greenland on July 25, 2018 by US Government sensors at an altitude of 43.3 km. The energy from the explosion is estimated to be 2.1 kilotons. pic.twitter.com/EePuk14Pqd
— Rocket Ron ???? (@RonBaalke) July 31, 2018
Kicauan Baalke "disambar" oleh Hans M Kristensen, peneliti senjata nuklir. Kristensen menyebut bahwa ledakan tersebut terjadi sangat dekat dengan pangkalan Angkatan Udara AS di Thule.
Baca juga: Meteor Draconid Tiba, Saksikan sebab Hujan Bisa Bunuh yang Berikutnya
"Kami masih di sini, jadi mereka (Angkatan Udara) dengan benar menyimpulkan itu bukan serangan pertama Rusia," lanjut kicauan itu.
Di luar data awal itu, kini para peneliti baru saja bisa menafsirkan peristiwa tersebut. Ini berkat proyek Seismometer to Investigate Ice and Ocean Structure (SIIOS) yang dipasang pada Mei lalu sekitar 70 km utara Qaanaaq.
Pemasangan tersebut mulanya untuk mengukur bagaimana jika gempa bumi terjadi di dunia alien dan bulan es yang dingin. Ilmuwan menggunakan analog berbasis Bumi seperti lapisan es di Greenland sebagai wakil dunia alien.
Dalam makalah terbaru yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Geophysical Union pekan lalu, tim yang dipimpin oleh ahli geologi dari University of Maryland Nicholas C Schmerr melaporkan bahwa sensor SIIOS memungkinkan mereka menangkap getaran seismik pada Juli tersebut.
"(Itu adalah) kandidat peristiwa seismik yang konsisten dengan dengan lintasan titik benturan yang diproyeksikan dari bola api," kata para peneliti dikutip dari Science Alert, Senin (17/12/2018).
Penelitian ini memang belum ditelaah oleh para ilmuwan sejawat. Meski begitu, episenter getaran seismik itu menunjukkan "dampak putatif" terletak di sekitar gletsen Humboldt di lapisan es Greenland.
"Kandidat peristiwa dampak seismik yang dicatat oleh sistem seismik berbasis darat ini adalah analog seismik dengan keakuratan tinggi untuk lapisan es pertama du dunia," tulis para peneliti di abstrak mereka.
"(Peristiwa itu) akan menginformasikan dampak obyek tersebut secara sains terhadap obyek di seluruh Tata Surya," imbuh mereka.
Baca juga: Perusahaan Jepang Berencana Menjual Hujan Meteor Buatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.