Akan tetapi, PPOK juga bersifat kronik progresif yang artinya menahun dan cenderung memburuk. Pada pasien PPOK yang berat, kebutuhan oksigen sehari-harinya pun sudah berkurang karena kemampuan paru-parunya untuk menyerap oksigen menurun.
“Orang-orang inilah yang membutuhkan (tabung) oksigen secara terus-menerus. Kita istilahkan terapi oksigen jangka panjang,” kata dr Diah.
Selain asma dan PPOK, penyakit lain di mana fungsi paru pasien berkurang, seperti kanker paru, TBC, dan stroke yang menganggung fungsi pernapasan, juga memerlukan bantuan oksigen jangka panjang.
Baca juga: Mengenal 6 Jenis Pengobatan Kanker Paru yang Bisa Memperpanjang Hidup
Kekeliruan penggunaan medical oxygen regulator
Bila dicari di Google, Anda akan menemukan bahwa regulator oksigen bisa dibeli di berbagai toko online. Dokter Diah berkata bahwa penjualan alat ini memang tidak dibatasi dan diperbolehkan bagi toko alat-alat kesehatan.
“Tapi, memang seharusnya toko alat-alat kesehatan itu ada semacam aturannya. Tapi, masing-masing alat pasti berbeda standar penjualannya,” katanya.
Terkait penyalahgunaan alat ini, dr Diah berkata bahwa istilah yang lebih tepat mungkin adalah kekeliruan dalam penggunaan, misalnya pemasangan regulator yang tidak pas sehingga menimbulkan kebocoran atau pasien tidak mengikuti anjuran dokter untuk mengatur tekanannya.
“Kadang-kadang, orang suka salah persepsi bahwa kebutuhan oksigen itu banyak-banyak supaya cepat sembuh. Jadi yang seharusnya 2 liter per menit dipasang 5 liter per menit. Ini juga berbahaya karena kalau badan kita mendapatkan oksigen secara mendadak di luar batas yang seharusnya, paru-paru kita pun bisa pecah,” ujarnya.
Lalu, meskipun namanya medical oxygen regulator, alat ini juga bisa digunakan untuk gas lainnya, misalnya nitrogen dan karbon dioksida.
“Bisa digunakan (untuk gas lain) karena dia fungsinya untuk mengatur volume dan tekanan saja. Tapi karena gas itu akan bertemu di dalam, sebaiknya satu gas satu regulator saja,” tutup dr Diah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.