Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/12/2018, 13:04 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

Banyak penelitian menunjukkan bahwa mayoritas orang percaya bahwa ingatan mereka lebih baik daripada rata-rata. Padahal, tentu saja, secara statistik itu tidak mungkin.

Baca juga: Media Sosial Merusak Ingatan, Kok Bisa?

Kita sepertinya mengabaikan, dan kemudian melupakan, kejadian ketika ingatan tak bersahabat, dan mengingat semua kejadian saat ingatan terekam kuat.

Dengan demikian, lain kali saat kita perlu menilai keakuratan ingatan, kita asumsikan itu akan tepat. Ini jadi masalah serius bagi polisi, misalnya, yang keakuratan ingatannya mungkin berdampak pada kasus pidana, dan ini juga jadi masalah bagi para pelajar yang merasa optimistis melebih-lebihkan hal yang telah dipelajari.

Kita juga terlalu percaya diri dalam 'memori prospektif', yaitu kemampuan untuk mengingat apa yang harus dilakukan di masa depan. Akibatnya, ada harga yang harus dibayar.

Layanan berlangganan dapat memanfaatkan fakta ini, dengan menawarkan uji coba gratis dalam jangka waktu terbatas, setelah itu pembayaran otomatis akan diambil dari akun Anda.

Berkat terlalu percaya diri dalam memori prospektif mereka, banyak orang lupa membatalkan langganan pada saat uji coba gratis berakhir.

6. Amnesia digital

Keberadaan ponsel pintar bisa menjadi keuntungan besar bagi ingatan kita. Bayangkan saja semua hal yang tersimpan di post Facebook dan Instagram Anda, sebuah arsip besar yang bisa jadi petunjuk untuk membantu ingatan kita.

Tetapi media sosial juga memiliki potensi untuk mendistorsi ingatan kita tentang peristiwa masa lalu.

Salah satu alasannya adalah fenomena yang dikenal sebagai 'lupa karena mengingat'. Sekarang sudah diketahui bahwa kenangan menjadi 'labil' dan 'rapuh' ketika ditarik ke dalam kesadaran kita.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Bukti Pertama Tikus Bisa Mengingat Kenangan Masa Lalu

Upaya ini juga membuat memori tersebut terpapar pada distorsi.

Akibatnya, mengingat satu elemen dari suatu peristiwa dapat memperkuat ingatan kita untuk detail itu, tetapi sering membuat kita melupakan informasi terkait yang tidak berusaha diingat.

Sangat mudah untuk melihat bagaimana ini bisa terjadi di media sosial. Ketika Facebook menarik perhatian Anda pada foto pernikahan tertentu, misalnya, itu dapat menuntun Anda untuk melupakan aspek-aspek lain yang terjadi hari itu.

Masalahnya adalah, bahwa feed media sosial kita telah diatur dan dipilih sedemikian rupa untuk menyajikan pencitraan yang tidak realistis tentang diri kita.

"Dengan memiliki media sosial yang mendikte pengalaman mana yang dianggap paling berarti dalam hidup kita, itu berpotensi memusnahkan ingatan yang dianggap kurang dapat dibagikan," kata Shaw.

"Secara bersamaan, hal itu memperkuat ingatan yang dipilih sebagai yang paling disukai, dan berpotensi membuat beberapa kenangan tampak lebih bermakna dan mudah diingat daripada sebenarnya," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com