Bagaimana pun, kesuksesan proyek medali ini merupakan simbolis dan hanya akan merujuk salah satu tantangan besar kesinambungan dalam Olimpiade.
Barang elektronik yang dikumpulkan sejauh ini mewakili kurang dari 3 persen limbah elektronik tahunan Jepang.
PBB memperkirakan jumlahnya mencapai dua juta ton.
Komponen Non-logam
Isu lain yang patut dipertimbangkan adalah nasib 'komponen non-logam' yang terkandung dalam sebagian besar komponen barang elektronik.
"Jika kita hanya mendulang logam dan membuang sisanya ke tempat pembuangan akhir, ini bisa menyebabkan banyak polusi," kata Holuszko, yang juga berfokus pada cara membuat ponsel yang 100 persen bisa didaur ulang.
Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 hanya menerima logam, perak, dan perunggu (gabungan tembaga dan seng) dari mitra-mitra pendaur ulang sehingga nasib komponen non-logam juga tidak jelas.
Baca juga: Taman Bermain Perancis Latih Gagak untuk Memungut Sampah
Juru bicara panitia mengatakan pernah "mendengar beberapa perusahaan mendaur ulang elemen-elemen sisa menggunakan metode pemrosesan reguler". Namun, dia tidak bisa menjamin.
Pertanyaan soal limbah elektronik menumpuk selagi masyarakat terus menggunakan barang elektronik. Kuehr memperkirakan jumlah limbah elektronik dunia bisa berlipat menjadi 80 juta ton dalam beberapa dekade mendatang.
Kita harus mengubah pemahaman soal elektronik, kata dia.
Solusinya adalah berhenti membeli dan memiliki gawai seperti petapa analog, alih-alih berubahlah menjadi orang nomaden digital.
"Ketimbang membeli ponsel itu sendiri, mengapa kita tidak mempertimbangkan membeli layanan yang mereka sediakan?" tanyanya.
Sistemnya bakal seperti menyewa, namun Anda tidak akan pernah memiliki produk tersebut.
Apple atau Samsung akan menyediakan layanan 'komunikasi seluler' atau 'pencuci piring elektronik rumahan' dan pelanggan akan membayarnya.
Jika peranti rusak, perusahaan akan memberikan pengganti selagi mereka memperbaikinya. Manakala gawai mencapai akhir masa pemakaian, perusahaan idealnya akan menyalurkan komponen gawai itu ke proses produksi.
Ada puluhan tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkan ini, tapi 80 juta ton limbah juga perlu diberi solusi nan ambisius.
Mungkin perubahan bisa dimulai di Jepang—markas raksasa perusahaan elektronik seperti Hitachi, Mitsubishi, Panasonic dan Sony, kata Kuehr yang menempuh studi pascadoktoral di Tokyo.
Baca juga: China Hentikan Impor Limbah Plastik, Ini Dampaknya bagi Dunia
Ambisi tersebut jelas di luar cakupan proyek medali Olimpiade Tokyo 2020 dan perlu strategi internasional yang mumpuni.
Untuk saat ini, 5.000 medali dari logam daur ulang merupakan awal yang baik.
"Saya cukup senang melihat Jepang menyediakan bukti bahwa penambangan urban itu mungkin dilakukan," tutup Holuszko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.