KOMPAS.com - Kotoran ternak mungkin bukan hal besar yang patut dipermasalahkan. Namun ternyata, hal yang kita remehkan ini bisa dilihat dari luar angkasa telah menyelimuti bumi.
Hal yang dilihat dari luar angkasa tentu bukan wujud kotoran hewan yang sesungguhnya, tetapi gas amonia yang dihasilkan oleh kotoran tersebut.
Gas amonia (NH3) adalah gas limbah tak berwarna yang terbentuk ketika nitrogen dan hidrogen menyatu. Gas ini ada di seluruh dunia, namun yang paling banyak muncul karena kotoran hewan, entah itu dari air seni atau tinja.
Saat kotoran hewan dalam jumlah banyak membusuk, misalnya di sebuah peternakan besar, gas amonia yang dilepaskan dapat bergabung dengan senyawa lain dan mencemari udara, air, dan tanah.
Paparan ini dapat menyebabkan penyakit paru-paru hingga kematian, gagal panen, dan kematian hewan massal.
Baca juga: Polusi Timbel di Bogor dan Tangerang Tinggi, Bagaimana Wilayah Lain?
Dengan melacak dan mengatur emisi amonia dapat membantu mencegah bahaya tersebut.
Dengan pemikiran itu, sebuah tim ilmuwan yang dipimpin para peneliti dari Université Libre de Bruxelles (ULB) di Belgia menggabungkan sembilan tahun data satelit untuk membuat peta paling komprehensif dari gas amonia di atmosfer.
Peta amonia yang dibuat tim ULB telah diterbitkan bersama laporannya dalam jurnal Nature yang terbit Rabu (5/12/2018).
Dalam makalah itu mereka mengungkap ada lebih dari 200 titik yang mengandung emisi amonia di seluruh dunia, dua pertiga di antaranya belum pernah diidentifikasi sebelumnya.
"Hasil kami menunjukkan bahwa hal ini perlu sepenuhnya meninjau kembali persediaan emisi amonia antropogenik dan memperhitungkan evolusinya dari waktu ke waktu," tulis para ahli.
Berasal dari mana?
Untuk studi baru mereka, para ahli menganalisis data yang dikumpulkan sejak 2007 sampai 2016 oleh satelit MetOp, tiga satelit meteorologi yang diluncurkan Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk mengamati berbagai komponen yang ada di atmosfer Bumi, termasuk gas amonia.
Data ini mengungkap 242 titik amunisi atau zona emisi dengan diameter kurang dari 50 kilometer serta 178 zona emisi yang lebih luas.
Tim juga menggunakan citra satelit untuk mengkonfirmasi sumber dari zona emisi amonia. Mereka menemukan, setidaknya ada 241 titik yang terkait dengan aktivitas manusia.
Dari jumlah tersebut, 83 di antaranya dikaitkan dengan peternakan intensif dan 158 dikaitkan dengan industri lain, terutama perkebunan yang menggunakan pupuk berbasis amonia.