KOMPAS.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan gunung Merapi berstatus level II atau waspada. Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar ke arah hulu kali Gendol, pada Jumat (23/11/2018).
"Guguran lava sebanyak empat kali mengarah ke bukaan kawah, hulu Kali Gendol," tulis BPPTKG dalam akun Twitter resminya, Sabtu (24/11/2018).
BPPTKG menambahkan, jarak luncur guguran maksimal 300 meter terjadi pada pukul 19.05 WIB. "Intensitas guguran rendah dengan potensi material yang kecil sehingga belum membahayakan penduduk."
Hal ini sebenarnya disebabkan oleh pertumbuhan kubah lava yang dimulai sejak 22 Agustus 2018 lalu. Di mana gugurannya dominan mengarah ke barat laut dalam area kawah.
Baca juga: Soputan dan Gamalama Erupsi, Apa Gempa dan Letusan Gunung Menular?
Siaran Pers 24 November 2018, mengenai kejadian Guguran lava di #merapi dpt disimak dalam info grafis berikut. @KementerianESDM @kabargeologi @vulkanologi_mbg @humas_jogja @humasjateng @BNPB_Indonesia @jalinmerapi pic.twitter.com/QPX1MTIVR8
— BPPTKG (@BPPTKG) November 24, 2018
Berkaitan dengan hal ini, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan guguran lava itu muncul karena gunung Merapi sedang memasuki fase erupsi efusif.
"Jadi ada pembentukan kubah lava di dalam kawah dan sekarang (volume kubah lava) sudah sekitar 300 ribuan meter kubik. Itu masih kecil dibanding total volume kawah (yang mencapai 10 juta meter kubik)," ujar Kasbani dihubungi Kompas.com, Minggu (25/11/2018).
Fase erupsi efusif inilah yang menyebabkan guguran lava dan gempa.
"(Akan berisiko bahaya) jika sudah tidak stabil dan volume kubah kawah sudah banyak karena (volume kawah) sekitar 10 juta meter kubik," imbuhnya.
Menurut laman ilmugeografi.com, erupsi efusif merupakan erupsi yang terjadi karena letak dapur magma yang dangkal, wolume gas yang kecil, dan juga magma yang bersifat basa.
Material yang akan dikeluarkan dari erupsi ini adalah lava yang mengandung S1O2 yang rendah. Bentuk volkan yang akan dihasilkan berbentuk rounded cone.
Untuk itu, Kasbani menghimbau kepada semua masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah sekitar lereng Merapi untuk tetap tenang dan hati-hati.
"Warga juga masih bisa beraktivitas dengan normal asal tidak masuk ke area itu (3 km dari kawah)," pesan Kasbani.
Baca juga: Gunung Salak Dikabarkan Erupsi, PVMBG Beri Penjelasan
Analisis kubah lava #merapi periode 15-21 Nov 2018, volume 308rb m3, laju pertumbuhan 2.6rb m3/hari. Tingkat Aktivitas Waspada (Level 2) pic.twitter.com/OAW9bVzi22
— BPPTKG (@BPPTKG) November 23, 2018
Seperti dapat dilihat dalam grafik BPPTKG di atas, data pengamatan aktivitas Gunung Merapi periode 15-22 November 2018, volume kubah lava per 21 November 2018 mencapai 308.000 meter per kubik dengan laju rata-rata 2.600 meter kubik per hari.
Dilansir kantor berita Antara, pantauan BPPTKG Yogyakarta tetang aktivitas kegempaan Gunung Merapi mencatat ada 28 kali gempa Hembusan (DG), dua kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), dua kali gempa Fase Banyak (MP), 261 kali gempa Guguran (RF), 21 kali gempa Low Frekuensi (LF), dan empat kali gempa Tektonik (TT).
Berdasarkan data aktivitas vulkanik Merapi tersebut, BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau waspada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.