Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat Rantai Makanan, Mikroplastik Sudah Mengontaminasi Anjing Laut

Kompas.com - 20/11/2018, 18:33 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bukti baru soal mikroplastik yang mencemari ekosistem laut kembali ditemukan. Bukan pada ikan, kali ini mikroplastik ditemukan pada anjing laut di sebuah pulau terpencil di Cile.

Dilansir dari Live Science, Rabu (14/11/2018), para ilmuwan telah menemukan mikroplastik berukuran 1 milimeter dalam kotoran anjing laut di Pulau Guafo. Mikroplastik dengan ukuran seperti ini menjadi temuan plastik terkecil sejauh ini.

Menurut Cristóbal Galbán-Malagón, seorang profesor ekologi dan keanekaragaman hayati di Universidad Andrés Bello di Chili, temuan ini menandakan adanya pencemaran plastik yang mencekam karena dengan ukuran seperti ini, sampah plastik hampir mustahil untuk dilihat dengan kasat mata.

Meski demikian, ini menjadi salah satu cara untuk melacak kontaminasi plastik di lautan.

Baca juga: Termakan Saat Masih Jentik, Mikroplastik Bertahan Seumur Hidup Nyamuk

"Kita bisa menggunakan hewan-hewan ini, tanpa mengganggu mereka, sebagai pemantau mikroplastik," kata Galbán-Malagón yang penelitiannya terbit pada majalah Marine Pollution.

Penelitian tentang sampah mikroplastik yang mengontaminasi anjing laut sebenarnya sudah dimulai sejak lima tahun lalu dan digagas oleh mahasiswa doktoral Galbán-Malagón dari universitas yang sama, Diego Joaquín Perez-Venegas. Kemudian, pada Desember 2015 hingga Maret 2016, tim peneliti melakukan penelitian pada 51 kotoran anjing di Pulau Guafo.

Dari sampel tersebut, para peneliti menemukan bahwa 67 persen di antaranya mengandung serat mikroplastik yang secara keseluruhan berjumlah antara 3 hingga 13 serat plastik per gram.

Menurut Galbán-Malagón, serat plastik ini bisa berasal dari beberapa sumber, di antaranya jaring ikan yang biasanya terbuat dari tali polimer, kantong plastik, dan pembungkus permen yang sering ditemukan di dalam sistem pencernaan burung dan hewan laut lainnya.

Baca juga: Temuan Baru: Makanan Kita Mungkin Mengandung 100 Mikroplastik

Namun plastik bukanlah sesuatu yang mudah terurai. Untuk berubah menjadi ukuran sekecil ini, para peneliti mencurigai bahwa limbah dari pabrik tekstillah yang menjadi penyebabnya.

“Kain sintetis seperti bulu domba poliester melepaskan serat kecil setiap kali mereka dicuci. Filter pabrik pengolahan air limbah tidak menghilangkan serat yang kecil ini,” ujar Galbán-Malagón.

Mengingat anjing laut adalah salah satu predator tingkat atas di lautan, para peneliti menduga bahwa mikroplastik yang ditemukan berasal dari akumulasi plastik akibat pola rantai makanan. Serat mikroplastik pada limbah dikonsumsi oleh plankton, yang kemudian dimakan oleh kepiting dan ikan, dan berakhir di anjing laut.

Kontaminasi mikroplastik telah mengancam makhluk hidup. Studi di seluruh dunia telah menemukan mikroplastik, atau plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter berada pada hampir seluruh makhluk hidup, termasuk di kotoran manusia dan di sistem pencernaan makhluk yang hidup jauh di dalam Palung Mariana.

Meski sampai saat ini belum ada bukti yang cukup bahwa mikroplastik memiliki efek buruk pada mamalia, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat berpengaruh dalam perubahan morfologi pada ikan.

Menurut penelitian yang diterbitkan pada jurnal Scientific Reports pada tahun 2016, invertebrata seperti teripang dan kerang menghadapi kesulitan dalam bereproduksi ketika ada mikroplastik di dalam tubuh mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau