Sebuah surat kabar nasional melaporkan bahwa Kementerian Agama membuat terjemahan Alquran dalam bahasa daerah. Ini menunjukkan bahwa pelestarian bahasa dilakukan tidak hanya melalui pendidikan formal, tapi juga melalui pendekatan religius.
Selanjutnya, Jawa Krama juga dipopulerkan sebagai bahasa pengumuman resmi di bandara internasional, tempat orang-orang dari berbagai tempat dan kebangsaan berkumpul. Setidaknya ada dua bandara internasional yang mempromosikan bahasa Jawa sebagai bahasa pengumuman mereka, yakni Bandara Adisucipto di Yogyakarta dan Bandara Internasional Dubai.
Sikap positif masyarakat suku Jawa terhadap Jawa Krama dapat dianggap sebagai pertanda baik untuk menghidupkan kembali Jawa Krama dalam kehidupan sehari-hari.
Memang, kita harus menyadari fakta bahwa penggunaan Jawa Krama menurun dari waktu ke waktu dan itu adalah sesuatu yang harus kita perhatikan. Meski demikian, kita tidak boleh pesimistis terhadap generasi muda tentang semangat dan kemampuan mereka dalam mempertahankan sub-sistem bahasa Jawa yang “terancam” ini.
Konservasi bahasa lokal
Setiap bahasa memiliki waktu dan generasinya sendiri, cara orang menggunakan bahasa pasti terus berubah seiring waktu.
Beberapa bahasa mungkin saja tidak hilang, mereka hanya berubah ke bentuk lain. Seperti air menjadi es dan mungkin itulah yang terjadi di Jawa Krama. Variasi dan penggunaan bahasa yang ‘lebih baik’ seperti apa, itu tergantung siapa yang melihat dari sisi mana ia melihatnya.
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa bahasa Inggris atau bahkan bahasa Indonesia dapat membunuh bahasa Jawa dan bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Namun, faktanya, suatu bahasa tidak bisa membunuh bahasa yang lain, melainkan para penuturnya sendiri yang enggan memakainya. Ketika penutur sebuah bahasa berkurang, bahasa tersebut akan memudar dan seringkali tanpa sempat didokumentasikan.
Ada banyak bahasa minoritas di Indonesia yang perlu dijaga sebelum status mereka menjadi “punah”. Revitalisasi bahasa membutuhkan usaha dan uang yang sangat besar.
Celya Intan Kharisma Putri
Lecturer, Universitas Airlangga
Artikel ini dipublikasikan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia dari judul asli "Respons milenial Jawa di tengah kekhawatiran kepunahan bahasa Jawa Krama". Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com.