Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Millenial dan Bahasa Jawa Krama yang Dikhawatirkan Punah

Kompas.com - 15/11/2018, 07:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam penelitian lapangan yang saya lakukan tentang sikap bahasa masyarakat terhadap Jawa Krama pada dua belas partisipan yang tersebar di wilayah Kediri, Jawa Timur; sebagian besar partisipan yang berusia kurang dari 25 tahun lebih memilih untuk menggunakan Bahasa Indonesia ketika bercakap dengan penutur bahasa Jawa yang lebih tua, bahkan di daerah berbahasa Jawa umum digunakan.

Kaum milenial Jawa ini menganggap diri mereka memiliki kemampuan yang terbatas dalam menggunakan Krama secara aktif karena mereka merasa cemas dalam memilih kata-kata yang tepat ketika percakapan berlangsung.

Kekhawatiran mereka didukung oleh satu partisipan berusia lebih dari 25 tahun yang mengatakan, “Lebih baik mereka menggunakan Bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa Jawa tapi sering salah”.

Bahasa Jawa sangat terkenal tingkat tuturnya yang rumit dan “berkasta”. Sebagai contoh, penggunaan kata ‘pergi’ yang dalam bahasa Jawa berarti lunga (ragam Ngoko), kesah (ragam Madya), dan tindak (ragam Krama).

Keberhasilan fungsi sistem bahasa Jawa juga ditentukan oleh pengetahuan rinci tentang kedudukan sosial individu dalam percakapan, yang tampaknya kurang dipahami oleh generasi muda karena tidak cukup didukung oleh lingkungan.

Namun, kabar baik dari penelitian ini adalah terlepas dari keterampilan generasi muda yang terbatas dalam penggunaan Jawa Krama, mereka masih sangat bersemangat untuk mempelajari variasi Jawa Krama tersebut.

Bukan hanya untuk merangkul kearifan lokal, tapi juga karena beberapa dari mereka dapat menikmati manfaat langsung dari penggunaan Jawa Krama dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu bahasa mendapat pengakuan ketika ia dapat digunakan di ranah publik untuk mengakses layanan-layanan publik. Dalam masyarakat linguistik majemuk, pengakuan publik terkait erat dengan domain tempat suatu bahasa digunakan.

Mengajarkan bahasa daerah di sekolah adalah tindakan yang tepat, tapi menerapkan bahasa daerah sebagai bahasa percakapan itu urusan lain. Singkatnya, ‘mengajarkan’ dan ‘membiasakan’ adalah hal yang berbeda.

Penggunaan bahasa Jawa di era milenial

Beberapa makalah populer dan ilmiah menekankan kekhawatiran berbagai kalangan bahwa generasi muda saat ini tidak dapat berbahasa Jawa dengan benar, bahkan ketika standar “benar” itu sendiri kurang jelas.

Penutur bahasa Jawa dari generasi yang berbeda bisa jadi memiliki persepsi yang berbeda untuk bercakap dengan “bahasa Jawa yang benar”.

Namun, yang jauh lebih sedikit diamati dan yang diberitakan media, sebenarnya banyak sekali peneliti, guru, aktivis, dan penutur bahasa Jawa generasi milenial menunjukkan ketertarikan dan pergerakan yang baik untuk kembali ke akar mereka sebagai orang Jawa.

Banyak masyarakat milenial mempopulerkan karya-karya dengan muatan lokal bahasa Jawa.

Youtuber Bayu Skak, komposer musik nasional muda Eka Gustiwana, dan grup musik hip hop Jogja Hip Hop Foundation (JHF) adalah contoh dari seniman muda Jawa yang bersemangat untuk mempromosikan budaya Jawa melalui berbagai jenis media, seperti musik dan film. Mereka mendistribusikan karya mereka melalui media sosial yang memiliki jutaan pengikut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com