Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haruskah Kita Bicara Manis pada Anjing, Seolah Mereka Bayi?

Kompas.com - 12/11/2018, 11:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber seeker


KOMPAS.com - Mengapa kita membuat suara manis saat berkomunikasi dengan anjing,  seolah hewan itu bayi?

Mungkin sebagian dari kita benar-benar menganggap hewan peliharaan seperti anak sendiri. Namun tanpa disadari sebenarnya ada aspek lain yang mendukung hal tersebut.

Seperti dilansir Seeker, Rabu (7/11/2018), sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa berbicara dengan nada yang tinggi dan manis akan membuat hewan peliharaan, terutama anjing, lebih memperhatikan kita.

Manusia dan anjing telah bersahabat sejak ribuan tahun lalu. Mulai dari berburu bersama, bermain, berpelukan, dan bahkan secara geneteika berevolusi bersama sepanjang perjalanan sejarah. Jadi, masuk akal bahwa kita memiliki cara berkomunikasi dengan mereka, terlepas dari fakta anjing tidak dapat benar-benar membalasnya.

Baca juga: Ilmuwan Latih Anjing untuk Deteksi Malaria Hanya dari Bau Kaus Kaki

Cara berkomunikasi manusia dengan anjing disebut pet-directed speech (PDS). Hal ini sangat mirip dengan cara kita berbicara pada bayi atau yang disebut infant-directed speech (IDS).

Kedua pola komunikasi itu memiliki ciri suara lambat, bernada tinggi, mengulangi kata, dan terdengar lebih positif atau bahagia dibanding berbicara dengan manusia dewasa.

Bagi bayi, cara berkomunikasi seperti ini dapat membantu mereka untuk belajar bahasa, menciptakan ikatan antara bayi dan pengasuhnya, dan membantu bayi lebih memperhatikan kita.

Fungsi terakhir itu ternyata juga terbukti berlaku untuk anjing.

Hal ini seperti laporan yang dibuat para ahli dari Université Paris Nanterre, Perancis. Mereka menemukan bahwa anjing dari segala usia lebih memperhatikan manusia yang berbicara dengan pola PDS dibanding suara normal.

"Anjing dan bayi tidak memiliki bahasa verbal. Intonasi vokal yang diucapkan akan memainkan peran sentral dalam komunikasi orang dewasa kepada mereka," kata penulis utama studi, Sarah Jeannin kepada Seeker.

Jeannin dan timnya memiliki sembilan responden yang ditugaskan untuk bertanya "Haruskah kita jalan-jalan?" pada bayi, anjing, dan orang dewasa. Percakapan yang dilakukan kesembilan responden itu direkam.

Setelah semua melakukan tugasnya, para ahli kemudian memutar ulang rekaman dan diperdengarkan ke anjing yang berbeda. Ahli selanjutnya memantau bagaimana anjing memberikan perhatian pada setiap versi pertanyaan tersebut.

Dari sini mereka menemukan bahwa anjing dewasa jelas lebih memperhatikan ucapan yang dengan cara PDS dibanding ucapan yang diarahkan untuk orang dewasa. Sementara ucapan yang ditujukan untuk bayi, perhatian yang ditunjukkan ada di tengah-tengah.

Bagi Jeannin, apa yang dibuktikannya tidak membuat dia terkejut.

"Saya memutuskan untuk membuat eksperimen ini karena saya memperhatikan anjing lebih memperhatikan manusia yang berbicara dengan suara bernada tinggi," imbuhnya.

Baca juga: Alasan Anjing Labrador Cokelat Lebih Cepat Mati Dibanding Temannya

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau