Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/11/2018, 12:05 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dilansir dari IFL Science, Senin (30/10/2018), saat ini para ilmuwan di Inggris telah mengembangkan metode baru untuk mendiagnosis malaria. Metode terbaru ini hanya membutuhkan seekor anjing dan sepasang kaus kaki.

Proyek yang dipresentasikan di American Society of Tropical Medicine dan Hygiene Annual Meeting tersebut menunjukkan bagaimana anjing dapat dilatih untuk mengendus aroma malaria.

Meski belum terlalu matang, para peneliti yang bekerja di proyek ini berharap studi mereka dapat digunakan untuk mengembangkan tes cepat dan non-invasif untuk penyakit yang sudah membunuh hampir setengah juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.

Anjing secara alamiah dilengkapi dengan indra penciuman yang sangat sensitif. Bahkan, penciumannya dapat mendeteksi keberadaan tanda molekuler malaria. Namun, para ilmuwan dalam studi ini belum mengetahui di mana perubahan molekuler ini sebenarnya berasal.

Baca juga: Alasan Anjing Labrador Cokelat Lebih Cepat Mati Dibanding Temannya

Ada dua kemungkinan yang menjadi penyebabnya: parasit malaria itu sendiri atau reaksi tubuh anjing terhadap parasit malaria.

Dalam melakukan penelitian ini, para ilmuwan melatih sejumlah anjing di Inggris untuk mengidentifikasi keberadaan malaria dengan menggunakan sampel kaus kaki yang dikumpulkan dari 175 anak berusia 5-14 tahun, 30 di antaranya positif malaria.

Hasilnya, anjing dapat mengidentifikasi 70 persen sampel yang terinfeksi malaria dengan tepat. Para anjing dalam penelitian ini juga bisa mendeteksi sampel mana yang tidak mengandung malaria dengan akurasi 90 persen.

"Temuan kami baru tahap awal, tetapi pada prinsipnya telah menunjukkan bahwa anjing dapat dilatih untuk mendeteksi orang yang terinfeksi malaria dari baunya dengan tingkat akurasi yang kredibel," ujar Profesor Steve Lindsay, kepala peneliti utama dari Departemen Biosciences di Durham University, Inggris.

Baca juga: Studi Membuktikan, Anjing Tidak Secerdas yang Anda Kira

Pengaplikasian metode ini yang paling tepat menurut para peneliti adalah dengan menempatkan anjing di bandara. Dengan demikian, anjing dapat menghentikan penyebaran malaria antar negara bahkan pada pasien malaria yang belum menunjukkan gejalanya.

"Ini bisa membantu mencegah penyebaran malaria ke negara-negara yang telah dinyatakan bebas malaria dan juga memastikan bahwa orang-orang, yang mungkin tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi parasit malaria, menerima perawatan obat antimalaria untuk penyakit ini," ungkap Profesor Lindsay.

Profesor James Logan, kepala Departemen Pengendalian Penyakit dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, berkata bahwa kemajuan teknologi dalam pengendalian malaria telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir.

“Jadi, kami sangat membutuhkan alat baru yang inovatif untuk membantu dalam perang melawan malaria. Hasil ini menunjukkan bahwa anjing pelacak bisa menjadi cara serius untuk mendiagnosis orang-orang yang tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi masih bisa menular, lebih cepat, dan lebih mudah," pungkas Logan dalam pernyataannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Oh Begitu
Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Apakah Aman Makan Sushi?

Apakah Aman Makan Sushi?

Kita
Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Kita
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Kita
Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Oh Begitu
Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Oh Begitu
Mengapa Ikan Bau Amis?

Mengapa Ikan Bau Amis?

Oh Begitu
Minyak Kelapa Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Alasannya

Minyak Kelapa Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Alasannya

Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com