Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polling Sutopo, Seberapa Siap Kita Menghadapi Bencana?

Kompas.com - 04/11/2018, 13:22 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Tahun 2018 dapat dikatakan sebagai tahun bencana. Meski jumlah kejadian bencana relatif sama dengan tahun sebelumnya, namun dampak bencana sungguh luar biasa.

Selama 2018, hingga Kamis (25/10/2018), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir 2018 mendatang.

Dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak.

Hal tersebut secara signifikan memengaruhi perekonomian.  Sebagai gambaran, gempa bumi di Lombok dan Sumbawa menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 17,13 trilyun. Begitu juga gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari Rp 18,48 trilyun. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah.

Baca juga: Demi Kesehatan Remaja, Jangan Sebarkan Foto-foto Korban Bencana Alam

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, mengatakan bahwa selama 2018 ada beberapa bencana yang menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian cukup besar.

Mulai dari banjir bandang di Lampung Tengah (26/2/2018) yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia. Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah (22/2/2018) yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal (12/10/2018) menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang.

Gempa bumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada Minggu (29/7/2018), Minggu (5/8/2018), dan Minggu (19/8/2018) menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 orang mengungsi. Bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang, dan 206.219 orang mengungsi.

"Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada 2018 ini adalah yang paling besar sejak 2007. Jumlah kejadian bencana, kemungkinan hampir sama dengan jumlah bencana tahun 2016 dan 2017 yaitu 2.306 kejadian bencana dan 2.391 kejadian bencana. Namun dampak yang ditimbulkan akibat bencana pada 2018 sangat besar," kata Sutopo melalui siaran resmi yang diterima Kompas.com, Minggu (4/11/2018).

Selama 2007 hingga 2018, kejadian bencana besar yang menimbulkan korban banyak adalah pada tahun 2009, 2010 dan 2018.

Pada tahun 2009 tercatat 1.245 kejadian bencana. Terjadi gempa cukup besar di Jawa Barat dan gempa di Sumatera Barat. Dampak bencana selama tahun 2009 adalah 1.767 orang meninggal dunia dan hilang, 5.160 orang luka-luka, dan 5,53 juta orang mengungsi dan terdampak bencana.

Berkaitan dengan kesiapsiagaan masyarakat dan pemda tentang bencana alam, Sutopo membuat polling bencana lewat akun Twitternya. Hasilnya, sekitar 77 persen responden mengaku belum siap, 14 persen menyatakan cukup siap, dan 9 persen menyatakan siap.

"Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan. Pengurangan risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional," ujar Sutopo.

Sosialisasi dan pendidikan kebencanaan harus ditingkatkan. Masih banyak masyarakat yang belum paham ancaman bencana dan antisipasi yang dilakukan. Pendidikan bencana perlu memasukkan dalam kurikulum pendidikan sejak SD-SMA.

Ini sesuai pendapat masyarakat dari polling bencana. 97% menyatakan pendidikan bencana wajib dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, sedangkan hanya 3% yang menyatakan tidak setuju.


"Untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan sosialisasi bencana, maka BNPB menerbitkan Buku Saku Menghadapi Bencana. Di dalam buku ini disampaikan hal-hal yang mendasar yang perlu diketahui oleh masyarakat, baik ancaman bencana maupun tips-tips menghadapi bencana," imbuh Sutopo.

Ia mengatakan sudah ada ribuan buku saku yang dicetak dan dibagikan. Namun, jumlah tersebut memang masih sangat kurang dibandingkan dengan 267 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini.

Keterbatasan anggaran menyebabkan BNPB tidak dapat memproduksi banyak. Oleh karena itu, jika ada dunia usaha, BUMN, NGO, organisasi masyarakat dan lainnya yang ingin mencetak dan membagikan kepada masyarakat luas, BNPB tentu akan senang hati menyambutnya.

Baca juga: Indonesia Khawatir Bencana, tetapi Kenapa Susah Diajak Memitigasinya?

"Bencana adalah keniscayaan. Pasti terjadi di Indonesia karena Indonesia rawan bencana. Yang penting adalah apakah kita sudah  siap menghadapi bencana itu. Kesiapsiagaan dan mitigasi adalah hal yang penting. Untuk itu miliki Buku Saku Menghadapi Bencana. Sudahkah anda punya? Jika sudah punya, apakah sudah membacanya?" ujar Sutopo.

Dengan memahami mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana, maka dampak korban jiwa dan kerugian ekonomi dapat ditekan.

Saat ini, wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan. Diperkirakan banjir, longsor dan puting beliung akan banyak terjadi selama musim penghujan.

Gempabumi tidak dapat diprediksi secara pasti. Rata-rata dalam setahun terjadi 5.000 – 6.000 kali gempa. Gempabumi dapat terjadi kapan saja terutama di daerah-daerah rawan gempa.

"Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Kenali bahayanya dan kurangi risikonya," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com