Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Mayat Korban Bencana Timbulkan Wabah Penyakit?

Kompas.com - 03/10/2018, 10:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - 153 jenazah korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, telah dikuburkan secara massal, empat hari pasca bencana. Tim evakuasi khawatir jenazah yang dibiarkan terlalu lama, justru akan menimbulkan wabah penyakit baru. Namun, apakah benar mayat korban gempa bisa menimbulkan wabah penyakit?

Pemakaman massal untuk korban tewas bencana gempa dan tsunami Sulawesi Tengah dilakukan pada Senin (1/10/2018) di TPU Poboya, kota Palu. Sebanyak 18 jenazah itu sebagian sudah diidentifikasi, namun tak segera diambil oleh pihak keluarga.

Dalam proses pemakaman, jenazah diangkut dengan dua truk polisi dan satu mobil bak dari Rumah Sakit Bhayangkara. Lubang dengan luas 10x100 meter disiapkan untuk nantinya dapat menampung 1.000 jenazah.

Tak ada prosesi panjang dalam proses pemakaman ini. Setelah kantung jenazah dimasukkan ke dalam lubang makam massal, seorang anggota TNI lalu memimpin doa.

Baca juga: 153 Jenazah Korban Gempa dan Tsunami Dimakamkan Massal di Palu

"Kenapa kita laksanakan, ini karena memang sudah seharusnya kita lakukan begini. Jadi sudah tiga hari ini jenazah-jenazah ini, ada 18 jenazah yang kita kebumikan secara masal. Dan ini merupakan pemakaman masal yang pertama," ujar Pangdam XIII Merdeka Mayjen Tiopan Aritonang kepada media, Senin (1/10/2018).

Hingga Selasa (02/10), atau empat hari pasca bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 153 mayat korban gempa dan tsunami sudah dimakamkan di pemakaman massal di TPU Paboya dan sekitarnya.

"Hari ini akan dimakamkan jenazah lebih banyak. Sudah disiapkan truk dan 1.000 kantong mayat untuk pemakaman jenazah," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers yang digelar Selasa (02/10) siang.

Data terbaru BNPB menyebutkan 1.374 orang meninggal dunia, dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan proses evakuasi yang terus berlangsung.

Sebelumnya, Sutopo mengatakan para korban meninggal akan segera dimakamkan secara massal guna mencegah penyebaran penyakit.

Jenazah yang dimakamkan secara massal hanya dilakukan untuk yang telah diidentifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Palu.

Sekedar Mitos

Anggapan bahwa pemakaman korban meninggal pasca-bencana harus dilakukan sesegera mungkin guna menghindari penyakit sudah menjadi pemahaman umum.

Namun, ahli epidemiologi yang juga mantan staf ahli menteri kesehatan bidang epidemiologi dan sanitasi, I Nyoman Kandun, tak sependapat dengan hal itu. Ia menganggap wabah yang disebabkan jenazah korban bencana adalah mitos.

"Karena yang meninggal itu orang sehat, bukan orang yang menderita penyakit menular. Jadi, kemungkinan munculnya wabah dari jenazah ini kayaknya sangat kecil dan itu hanya sekedar mitos," tegas Nyoman.

Pendapat Nyoman dikuatkan oleh laporan organisasi kesehatan di bawah PBB, World Health Organization (WHO), yang menyatakan keyakinan masyarakat luas bahwa mayat korban bencana alam menimbulkan risiko kesehatan adalah tidak akurat.

Terutama jika kematian disebabkan oleh trauma, tubuh sangat tidak mungkin menyebabkan penyakit, seperti tipus dan kolera atau wabah.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau