KOMPAS.com - Gempa yang mengguncang Lombok Minggu (05/08/2018) membuat masyarakat kembali bertanya-tanya seberapa besar potensi bencana alam ini terjadi di Indonesia?
Apalagi jika melihat ke belakang, Indonesia beberapa kali diguncang gempa besar yang menyebabkan tsunami. Di antaranya gempa Aceh pada 2004 dan gempa Padang tahun 2009.
Para ahli mengatakan, apabila dilihat secara geologi, baik dari lempengan dan patahan yang ada, gempa memang sudah pasti akan terjadi di Indonesia.
"Wilayah Indonesia itu sangat berpotensi terjadi gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik," ungkap Daryono, kepala bidang informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Dari tumbukan ini terimplikasi adanya sekitar enam tumbukan lempeng aktif yang berpotensi memicu terjadinya gempa kuat," sambungnya.
"Wilayah Indonesia juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif atau sesar aktif. Ada lebih dari 200 yang sudah terpetakan dengan baik dan masih banyak yang belum terpetakan sehingga tidak heran jika wilayah Indonesia itu dalam sehari itu lebih dari 10 gempa yang terjadi," Daryono menambahkan.
Sejumlah patahan aktif tersebut adalah patahan besar Sumatra yang membelah Aceh sampai Lampung, sesar aktif di Jawa, Lembang, Jogjakarta, di utara Bali, Lombok, NTB, NTT, Sumbawa, di Sulawesi, Sorong, Memberamo, di samping di Kalimantan.
Posisi Indonesia dikenal berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu daerah "tapal kuda" sepanjang 40.000 km yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.
Sekitar 81 persen dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.
Baca juga: Potensi Tsunami Gempa Lombok, Ini Pelajaran Mitigasi yang Bisa Diambil
"Mungkin kalau kita melihat ke dunia, itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain," kata Danny Hilman Natawidjaja, peneliti utama bagian geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
"Jepang, misalnya merah juga, Filipina saya pikir merah juga. California itu merah juga karena disitu ada zona San Andreas Fault yang besar dan bergerak sangat cepat," tambahnya.
Perbandingan Indonesia dengan bagian lain dunia dilakukan dengan menggunakan global seismic hazard atau bahaya seismik global, Danny menjelaskan.
"Zonasi seismic hazard itu sudah, yang dia representasikan adalah potensi guncangan gempanya, yang direpresentasikan dengan nilai percepatan gravitasi, G, makin tinggi yah makin banyak guncangannya," ujar Danny.
"Nilai G lebih dari 5 menjadi merah. Nilai 3 dengan 5, kuning. Yang ada di bawahnya hijau biru dan sebagainya. Itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain," Danny menambahkan.
Selalu Banyak Korban