Hasil berbagai penelitian merujuk bahwa debu timbel yang mencemari lingkungan sekitar berasal dari peleburan aki bekas di wilayah Tengerang dan Bogor.
"Debu timbal yang rilis di udara muncul akibat adanya combustion, pembakaran, peleburan itu," ucap Muhatatun, peneliti senior Batan dikutip dari Harian Kompas, Senin (15/10/2018).
Setelah melalui beragam penelitian, para peneliti mulai memperhitungkan arah dan kecepatan angin. Hasilnya, debu timbel ini bersumber dari area industri di Pasar Kamis, Tangerang, tidak jauh dari industri peleburan aki bekas berizin PT Non Ferindo Utama.
Sejak saat itu, serangkaian penelitian dilanjutkan untuk mengukur konsentrasi debu timbel di area peleburan aki lain.
Di Bogor, peleburan aki bekas ilegal ditemukan di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, dan Desa Jagabaya, Kecamatan Parung Panjang.
Baca juga: Kosmetik Mengandung Timbal Berlebihan Bahayakan Kesehatan
Penelitian terkait kandungan timbel dalam tanah juga dilakukan para peneliti. Mereka menemukan kandungan timbel tertinggi terdapat pada tanah dari Cinangka.
Tanah dari desa tersebut mengandung timbel dua kali libat dibandingkan dengan nilai baku mutu karakteristik beracun total konsentrasi B (TK-B) yang diatur oleh pemerintah.
Menurut ahli tanah Institut Pertanian Bogor (IPB), Suwarno, kadar timbel dalam tanah yang melampaui baku mutu karakteristik beracun TK-B perlu dilakukan pengangkatan tanah yang tercemar.
"Timbel di tanah bisa diserap tanaman dan luruh masuk ke air tanah," ujar Surwarno.
"Jika air yang tercemar diminum, manusia yang mengonsumsi air itu akan mengalami pemekatan timbel di dalam tubuhnya," sambungnya.
Hal yang paling mengkhawatirkan dalam temuan ini adalah kontaminasi timbel dalam darah anak-anak di Cinangka.
Sampel darah anak-anak yang diperiksa di laboratorium mengindikasikan adanya keracunan timbel.
Budi Haryanto, peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat UI mengatakan, timbel yang terpajan di udara lebih mudah mengontaminasi darah manusia.
Menurut Budi, konsentrasi timbel yang terdeposit dalam tubuh tidak dapat dihilangkan. Dampaknya, timbel bisa mengganggu fungsi sistem saraf pusat dalam tubuh manusia.
"Saat saya kembali diminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memeriksa kadar timbel siswa pada 2016, ditemukan kadar yang lebih tinggi lagi. Menakutkan," katanya.
Baca juga: Cat Mengandung Timbal Ganggu Kecerdasan Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.