Ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, mengatakan, tsunami bisa terjadi karena dua hal.
Pertama, sesar Palu Koro sendiri sepertiganya berada di lautan. Ketika gelombang gempa menjalar sepanjang sesar itu, maka bagian yang menjorok ke laut ikut bergetar dan memicu tsunami kecil.
Tsunami bisa lebih besar jika ada faktor kedua, yaitu longsoran bawah laut. Longsoran ini bisa terjadi walaupun mekanisme sesarnya geser. Gempa Yogyakarta pada tahun 2006 juga sesar geser tetapi dikuti longsoran di sekitar Prambanan.
Terkait longsoran, Widjo menganggap hal itu masih spekulasi dan diperlukan studi batimetri sesudahnya untuk mengonfirmasi.
Berdampak pada Penurunan Tanah
Peneliti Badan Pengakjian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengungkap lewat pemodelan cepat yang dilakukannya Kamis (28/9/2018) bahwa gempa Donggala memicu penurunan tanah.
"Pantai di 5 kecamatan mengalamai penurunan tanah sementara 1 kecamatan mengalami kenaikan," katanya saat dihubungi Kompas.com semalam.
Empat kecamatan yang mengalami kenaikan hingga 1,5 meter adalah Towale, Sindue, Sirenja, dan Balaesang di Donggala serta kecamatan Palu Utara di Kota Palu.
Sementara, kecamatan yang mengalami kenaikan permukaan tanah adalah Banawa di Donggala. Kenaikan diprediksi sekitar 30 cm.
Baca juga: Sumbernya di Daratan, Bagaimana Gempa Sulteng Bisa Picu Tsunami?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.