Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumbernya di Daratan, Bagaimana Gempa Sulteng Bisa Picu Tsunami?

Kompas.com - 28/09/2018, 21:50 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serial Gempa Donggala Sulawesi Tengah terjadi sejak pukul 14.00 WIB pada Jumat (28/9/2018). Gempa terbesar yang tercatat bermagnitudo 7,4, direvisi dari 7,7 oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Seluruh gempa utama di atas magnituo 5 yang terjadi hari ini sebenarnya berpusat di daratan. Namun yang heran, tsunami dengan ketinggian hingga 1,5 meter menerjang Palu dan Donggala. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi.

Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG mengatakan, hal itu terjadi karena pusat gempa yang masih berdekatan dengan pantai. Akibatnya, getaran masih bisa mempengaruhi lempeng yang berada di lautan dan akhirnya memicu tsunami.

Peneliti tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengatakan, tsunami juga dapat terjadi karena reruntuhan yang terjadi akibat gempa juga terjadi di wilayah lautan.

"Fault dimension-nya 25 x 20 km. Rupture-nya hampir setengahnya di laut," katanya. "Seperti di LOmbok, walaupun episentrumnya ada di darat tetapi karena rupture-nya di laut maka akan terjadi tsunami, walaupun kecil."

Baca juga: Serial Gempa Donggala Sulteng, Ini Perkiraan Sumbernya

Di Palu, seperti video yang beredar, tsunami tampak lebih besar dari yang diperkirakan. Menurut Rahmat, itu terjadi karena wilayah Palu yang berupa teluk "Kalau ada gempa jauh dari teluk bisa memicu tsunami menjadi lebih tinggi karena volume air yang masuk banyak sedangkan daratannya mengecil," katanya.

Peneliti kegempaan Sulawesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dina Sarsito, menuturkan bahwa fenomena serial gempa Sulawesi Tengah yang menarik untuk dikaji. Namun menurut BMKG, rentetan gempa dengan magnitudo yang tinggi itu wajar.

"Sudah pasti gempa yang besar akan disusul gempa yang besar. Dan itu informasi gempa yang di atas 6 ada 3 kali, pukul 17.14 dan 17.16 dintaranya, sisanya di bawahnya," ungkap Rahmat dalam konferensi pers di kantor BMKG, Jakarta, malam ini.

Baca juga: Upaya Para Ahli Buktikan Hewan Tertentu Bisa Memprediksi Gempa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com