KOMPAS.com - Di tengah Samudra Atlantik, ratusan meter di bawahnya tinggal dewi cinta Yunani dalam bentuk ikan karang yang sangat mempesona.
Dalam laporan yang terbit di jurnal ZooKeys, Selasa (25/9/2018), sekelompok ilmuwan California Academy of Sciences yang menemukan spesies baru ikan anthias, jenis umum ikan karang, menamainya dengan nama Tosanoides aphrodite atau ikan anthias Aphrodite. Aphrodite merupakan dewi cinta dalam mitologi Yunani.
T. aphrodite memiliki kulit berwarna merah jambu bercampur kuning yang sangat memikat. Saking mempesonanya, sampai-sampai para ahli yang sedang mengamati ikan ini tak sadar ada hiu sixgill besar sedang mengamati tepat di atas mereka.
"Tidak diragukan lagi, ini adalah ikan dengan warna paling spektakuler yang pernah saya lihat," kata Luiz Rocha dilansir National Geographic, Selasa (25/9/2018).
Baca juga: Tiga Ikan Spesies Baru Ditemukan di Bagian Terdalam Samudra Pasifik
Menurut keterangan ahli, T. aphrodite merupakan satu-satunya genus Tosanoides yang pernah ditemukan di Atlantik. Genus Tosanoides lainnya, termasuk ikan yang diberi nama mirip seperti mantan presiden AS - Tosanoides obama - hidup di Samudra Pasifik.
T. aphrodite diketahui hanya tinggal di sebuah pulau terpencil di Brasil, Saint Paul Archipelago. Kawasan ini sangat terisolasi dan ada di 580 mil sebelah timur laut pantai Brasil.
Pada musim panas 2017, Rocha dan rekannya yang bernama Hudson Pinheiro berpetualang di sekitar pulau ini. Mereka menyelam untuk mengamati terumbu karang hingga berada di kedalaman hampir 120 meter.
Pada penyelaman akhir bulan Juni, mereka melihat kilatan berwarna merah jambu bercampur kuning melintas di celah-celah karang. Rupanya itu adalah ikan anthas berukuran tiga inci yang belum diidentifikasi sebelumnya, baik di dunia nyata atau literatur apapun.
Selama pengamatan di sisa hari itu, Pinheiro dan Rocha mengumpulkan tiga jantan dewasa, dua betina dewasa, dan dua remaja dewasa.
Perbedaan ikan Aphrodite anthas jantan dan betina sangat mencolok, ikan jantan memiliki bercak merah jambu yang lebih besar dibanding betina.
Sejak 1799, para ilmuwan termasuk Charles Darwin secara teratur mengunjungi Saint Paul Archipelago untuk mencatat harta karun yang tersimpan di lautan.
Akhirnya pada 1998, Brasil membuat sebuah stasiun penelitian kecil untuk pulau-pulau itu sehingga memudahkan para ilmuwan untuk mempelajari zona karang mesofotik yang hidup di kedalaman antara 30 sampai 150 meter di bawah laut.
Zona karang mesofotik atau zona senja menyimpan terumbu karang yang sangat beragam dan lebih banyak spesies endemik daripada tempat lain di lautan.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tujuh spesies ikan karang Saint Paul Archipelago sangat endemik dan tidak dapat ditemukan di belahan bumi manapun. Ikan anthas Aphrodite adalah yang kedelapan.