Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/09/2018, 18:31 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Banyak masyarakat beranggapan bahwa HIV/AIDS sangat dekat dengan kematian, bahwa virus ini sangat liar sehingga kata yang terlintas di benak ketika mendengar HIV/AIDS adalah tutup usia.

Namun direktur P2PL, Kementerian Kesehatan, Dr Wiendra Waworuntu, berkata lain dalam kampanye #SayaBerani #SayaSehat, Kamis (20/09/2018), di Jakarta.

“HIV bukan lagi penyakit mematikan yang tidak ada obatnya. Jika orang mengetahui status HIV-nya sejak dini, mereka dapat mengikuti pengobatan antiretroviral (ARV) yang diberikan secara gratis oleh pemerintah,” jelas Wiendra menepis pandangan masyarakat.

ARV adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV. ARV bekerja dengan cara menekan perkembangan virus tersebut di dalam tubuh.

Baca juga: Menurut Pakar, Ini Umur Terbaik untuk Melakukan Tes HIV

Sayangnya, banyak kalangan masyarakat belum mengetahui manfaat obat ini bagi penderita HIV/AIDS. Dampaknya, stigma masyarakat tentang HIV/AIDS belum dapat terkikis.

Tidak hanya masyarakat, para pengidap HIV pun banyak yang masih belum tahu tentang ini. Akibatnya, mereka tidak berani untuk mengungkapkan kondisi mereka dan berkonsultasi ke dokter.

“Tolong teman-teman HIV harus terus minum obat. HIV dan TBC mirip, itu harus terus minumnya. Tidak boleh berhenti. Kalau dia minum obat terus, tentu teman-teman akan menjadi terapi produktif. Ini yang perlu kita pertahankan, ini adalah awal dari kampanye '#Saya Berani #Saya Sehat',” tutur Wiendra.

Dengan mengonsumsi obat ini, para pengidap HIV akan dapat mempertahankan hidup dan terus berkarya layaknya orang normal.

Hal ini dibuktikan oleh Tesa (34) yang mampu bertahan dari HIV/AIDS selama 11 tahun dengan mengonsumsi ARV sesuai dosis yang diberikan dokter.

Wiendra mengatakan, obat ini dapat diperoleh gratis dan ada di banyak pusat layanan kesehatan masyarakat.

Baca juga: Vaksin HIV Terbaru Diujicobakan Pada Manusia

“Pemerintah sudah menyediakan obat ini secara gratis di layanan. Dan layanan ini tidak hanya beberapa tapi sudah meluas, sekitar 5.124 fasilitas pelayanan kesehatan di 34 provinsi yang bisa diakses penderita HIV. Tentunya menyangkut harga, obat ARV ini (harganya) cukup tinggi. Mumpung ini (diberikan) gratis, jangan ragu untuk dimanfaatkan,”

Saat ini diperkirakan terdapat 640.000 orang yang hidup dengan HIV di Indonesia. Lalu, baru 47 persen yang mengetahui status HIV-nya dan sekitar 15 persen yang berada dalam pengobatan ARV.

Kemenkes menargetkan, pada tahun 2030 Indonesia mampu mengakhiri epidemik HIV/AIDS dengan target 90:90:90.

Artinya, 90 persen ODHA mengetahui status HIV-nya, 90 persen orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menjalani pengobatan ARV, dan 90 persen ODHA yang menjalani pengobatan ARV menekan perkembangan virus dalam tubuhnya sehingga mengurangi secara signifikan risiko penularan HIV di masyarakat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kualitas Udara yang Kita Masih Abai

Kualitas Udara yang Kita Masih Abai

Fenomena
Kapan Fenomena El Nino Berakhir?

Kapan Fenomena El Nino Berakhir?

Fenomena
Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

Oh Begitu
Apa yang Terjadi Saat Fenomena El Nino dan La Nina?

Apa yang Terjadi Saat Fenomena El Nino dan La Nina?

Fenomena
Apakah Manfaat Makan Jamur untuk Kesehatan Jantung?

Apakah Manfaat Makan Jamur untuk Kesehatan Jantung?

Oh Begitu
Tak Cemari, 'Karat Pintar' Ini Justru Tingkatkan Kualitas Air

Tak Cemari, "Karat Pintar" Ini Justru Tingkatkan Kualitas Air

Fenomena
Mengenal Hidrogel, Teknologi Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Air

Mengenal Hidrogel, Teknologi Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Air

Fenomena
Bagaimana Berlian Merah Muda Terbentuk? Studi Ungkap

Bagaimana Berlian Merah Muda Terbentuk? Studi Ungkap

Oh Begitu
Apa yang Membuat Ketan Lengket?

Apa yang Membuat Ketan Lengket?

Oh Begitu
Kabar Buruk, Lebah Berpotensi 'Lenyap' dari Eropa pada 2080

Kabar Buruk, Lebah Berpotensi "Lenyap" dari Eropa pada 2080

Fenomena
Apa Hewan yang Terbang Paling Cepat?

Apa Hewan yang Terbang Paling Cepat?

Oh Begitu
Dari Mana Asal Anggur Muscat?

Dari Mana Asal Anggur Muscat?

Oh Begitu
Panda Raksasa di Kebun Binatang Bisa Menderita Jet Lag, Apa Maksudnya?

Panda Raksasa di Kebun Binatang Bisa Menderita Jet Lag, Apa Maksudnya?

Fenomena
6 Fakta Menarik Paru-paru Manusia

6 Fakta Menarik Paru-paru Manusia

Kita
Apakah Penderita Asam Urat Boleh Makan Jeroan?

Apakah Penderita Asam Urat Boleh Makan Jeroan?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com