KOMPAS.com - Pernahkah Anda membayangkan menyalakan api tidak dengan korek? Apa yang Anda gunakan untuk menghasilkan api?
Mungkin Anda menggesekkan dua batu secara bersamaan untuk api, atau bisa juga menggosokkan kayu. Namun, kedua cara ini cukup sulit dilakukan.
Ini membuat korek api sebagai salah satu penemuan yang berharga. Tapi, korek api yang kini kita gunakan telah mengalami sejarah yang sangat panjang.
Sejarah ini bermula di China sekitar tahun 950 masehi. Dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api.
"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan," tulis Tao Gu.
"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api'," sambung tulisan itu.
Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 masehi oleh perempuan Qi Utara.
Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou.
Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Kemungkinan, kunjungan tersebutlah yang membuat korek api menyebar ke berbagai belahan dunia.
Baca juga: Terungkap, Neanderthal Pertama Kali Bikin Api Sejak 50.000 Tahun Lalu
Beratus tahun kemudian, korek api gesek mulai diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman.
Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669. Saat itu, dia mencoba membuat emas dari logam lain.
Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. Selain itu, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle.
Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang. Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar.
Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal. Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut.
1805, ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah. Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat.
Koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
Tahun 1826, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar.
Takjub dengan hasil tersebut, Walker menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang "Lucifer".
Tak disangka, Lucifer tidak dapat diprediksi karena sering menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya.
Baca juga: Malam Tahun Baru, Jangan Sampai Kembang Api Bikin Anjing Anda Stres
1830, ahli kimia Perancis Charles Sauria memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
Sauria kembali membuat korek api berbasis fosfor yang kemudian diproduksi massal. Namun, fosfor adalah bahan kimia yang sangat beracun.
Ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
Untuk itu, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
Korek api yang aman dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844. Pasch mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
Sementara korek api gesek berkembang menjadi aman, para ilmuwan dunia beralih pada pemantik api.
Ini diawali pada 1823 oleh ahli kimia Johann Wolfgang Döbereiner. Alat yang disebut "lampu Döbereiner" menjadi batu loncatan untuk pemantik di seluruh dunia.
Temuan Döbereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.