"Hasil kami memberikan bukti pertama bahwa partikel polusi yang dihirup dapat bergerak dari paru-paru ke sirkulasi dan kemudian ke plasenta," kata Dr Norrice Liu, salah satu peneliti yang juga terlibat.
"Kami tidak tahu apakah partikel yang kami temukan juga bisa bergerak ke janin, tetapi bukti kami menunjukkan bahwa ini memang mungkin," sambungnya.
Meski begitu, para peneliti yakin efek buruk polusi udara tidak perlu sampai masuk ke tubuh janin.
"Kami juga tahu bahwa partikel tidak perlu masuk ke tubuh bayi untuk memiliki efek buruk, karena jika mereka memiliki efek pada plasenta, ini akan berdampak langsung pada janin," tegas Dr Liu.
Penelitian ini menegaskan kembali pentingnya udara bersih bagi lingkungan. Beberapa peneliti pun memberikan tanggapan terhadap temuan tersebut.
"Penelitian baru ini menunjukkan mekanisme yang mungkin bagaimana bayi dipengaruhi oleh polusi udara saat secara teoretis mereka terlindung di dalam rahim," ujar Profesor Mina Gaga, presiden European Respiratory Society yang tidak terlibat dalam studi itu.
Baca juga: Tak Hanya Pernapasan, Polusi Udara Juga Mengancam Ginjal Kita
"Ini harus meningkatkan kesadaran di antara dokter dan masyarakat mengenai efek berbahaya dari polusi udara pada wanita hamil," imbuhnya.
Direktur eksekutif Unicef, Anthony Lake juga memperingatkan bahaya polusi udara pada bayi.
"Tidak hanya polutan membahayakan paru-paru bayi yang sedang berkembang, mereka dapat secara permanen merusak otak mereka yang sedang berkembang - dan, dengan demikian, masa depan mereka," tutur Lake.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.