KOMPAS.com -- Polusi udara tidak termasuk dalam daftar penyebab kematian yang dicantumkan petugas medis pada sertifikat kematian. Namun, polusi udara telah dihubungkan dengan penyakit emfisima dan kanker paru-paru.
Menurut data dari University of Washington’s Institute for Health Metrics and Evaluation, polusi udara bertanggung jawab atas 6,1 juta kematian dan hampir 12 persen dari kematian global pada 2016.
“Pencemaran udara adalah salah satu pembunuh terbesar pada zaman kita,” ujar Philip Landrigan dari Sekolah Kedokteran Ichan di Gunung Sinai dalam artikel yang terbit di jurnal kesehatan Lancet.
Barry Levy, asisten profesor kesehatan masyarakat di Tufts University School of Medicine, juga menambahkan bahwa ada sejumlah besar data yang menghubungkan polusi luar dan dalam ruangan dengan berbagai masalah kesehatan; termasuk penyakit akut dan kronis, serta kematian.
Baca juga : Potret Kehidupan di Kota yang Udaranya Bisa Membunuh Manusia
Dari 6,1 juta kematian akibat pencemaran udara, 4,1 juta disebabkan oleh polusi udara luar. Sumbernya adalah kendaraan, sisa pembakaran pembangkit listrik, dan pabrik baja.
Sementara itu, pencemaran udara dalam ruang atau di rumah tangga menjadi persoalan mendesak bagi negara berpendapatan rendah. Pasalnya, aktivitas memasak dan memanaskan ada di dalam rumah. Kematian akibat polusi udara dalam ruangan mencapai 2,6 juta per tahun.
Dikarenakan polusi udara dapat menyeberang ke wilayah lain, tidak ada satupun negara yang mampu menyelesaikan persoalan ini sendiri. Polusi udara di China telah dikaitkan dengan kematian 3.100 warga Amerika Serikat dan Eropa Barat pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama, 110.000 kematian di China dihubungkan dengan polusi akibat konsumsi Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Baca juga : PBB Beri Peringatan Dampak Polusi Udara pada Otak Anak
“Polusi udara dapat berhembus jauh dan menyebabkan dampak kesehatan bagi wilayah yang terkena tiupan anginnya,” sebut Qiang Zhang, peneliti di Universitas Tsinghua di Beijing.
Perubahan iklim akan memicu sejumlah masalah kesehatan masyarakat, termasuk kematian akibat panas dan dingin. Risiko penyakit dan masalah kesehatan mental akibat perubahan iklim dan cuara ekstrem juga ikut meningkat.
Lalu, perubahan iklim juga ditemukan turut menyumbang terhadap kemunculan polusi udara. Suhu yang lebih panas menaikkan risiko kebakaran hutan, lantas menimbulkan polusi udara.
Selain itu, ozon di permukaan tanah turut bertambah. Ozon inilah yang menyebabkan asap perkotaan, yang memicu masalah kesehatan seperti nyeri dada, iritasi tenggorokan dan pembengkakan paru-paru, menurut Environmental Protection Agency.
Organisasi lokal, nasional, dan antar pemerintah mesti sama-sama memikirkan untuk menyelesaikan permasalahan polusi udara. “Polusi udara tidak memandang batasan politik,” ujar Kirk Smith, seorang profesor kesehatan lingkungan global di University of California.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.