Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Kita Pakai Internet Mungkin Ancam Satwa Liar, Kok Bisa?

Kompas.com - 17/09/2018, 14:01 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Melihat kelucuan aksi satwa liar di internet telah menjadi salah satu hiburan tersendiri. Itu adalah dorongan yang tidak asing bagi para pecinta hewan.

Tetapi pernahkah Anda berpikir bahwa penghargaan kita terhadap satwa liar yang menggemaskan itu justru mungkin membahayakan mereka?

Panda merah sangat populer di internet, nama panggilan mereka bahkan sama dengan browser internet - Firefox.

Jika Anda mencari hewan di sana, Anda akan dengan cepat menghilang ke dalam lubang kelinci berisi gambar dan video makhluk berbulu itu berlompatan di salju, bereaksi berlebihan terhadap batu dan umumnya lucu (meskipun sebagian besar berada di penangkaran).

Lokasi yang tak disebut dalam video-video ini adalah hutan Nepal hingga hutan Cina, tempat hewan-hewan itu hidup di alam liar.

Setelah jumlah populasi mereka menurun 50 persen selama tiga generasi terakhir, mereka dianggap sebagai spesies yang terancam punah, menurut Persatuan International Union for the Conservation of Nature (IUCN).

Bahkan, kemungkinan hanya kurang dari 2.500 yang tersisa di alam liar.

Red Panda Network adalah organisasi amal yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi buruk panda merah dan mendanai program konservasi penting.

Sejak 2010, mereka menyelenggarakan Hari Panda Merah Internasional tahunan untuk menyampaikan pesan bahwa hewan ini lebih dari sekadar umpan manis YouTube.

Sayangnya, meski ada upaya untuk melindungi hewan-hewan itu, setengah lusin panda merah diselamatkan dari penyelundup di Laos pada Januari 2018. Para penyelundup bermaksud menjual hewan-hewan itu sebagai hewan peliharaan di pasar gelap.

Apakah pasokan ini merupakan hasil langsung dari permintaan yang didorong oleh popularitas di internet, itu sangat sulit untuk dibuktikan.

Baca juga: 11.000 Tahun Lalu, Kukang Bertubuh Raksasa dan Diburu Manusia

Namun ada bukti bahwa publikasi yang salah dari suatu spesies dapat mendorong sikap yang mengkhawatirkan.

Ambil contoh Sonya si kukang lamban. Primata nokturnal asli Asia Tenggara ini mendulang klik dengan sebuah video viral yang menunjukkan Sonya mengangkat tangan di udara dengan sukacita.

Sedihnya, ahli perilaku hewan mengungkapkan bahwa apa yang kita pikir bahwa Sonya sedang menikmati sebuah gelitikan, ternyata adalah bukti seekor hewan yang menderita.

Itu adalah perilaku defensif dari Sonya. Hal ini terjadi karena Sonya merupakan hewan peliharaan yang kelebihan berat badan dan disimpan di sebuah flat di Rusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau