Kita sudah tahu efek samping ini selama beberapa dekade: progestin pertama yang pernah dibuat, norethindrone, adalah androgenik.
Kembali pada tahun 1940-an, 50-an dan 60-an, perempuan hamil kadang-kadang minum norethindrone dalam dosis besar untuk membantu mencegah keguguran. Tetapi hormon itu juga menyebabkan beberapa perubahan yang mengganggu tubuh mereka.
Mereka jadi lebih mudah berkeringat, tumbuh banyak rambut, dan beberapa orang mengalami perubahan suara yang lebih berat.
Hampir satu dari lima bayi perempuan yang lahir dari ibu yang minum norethindrone, memiliki alat kelamin yang kena efek maskulin. Beberapa anak-anak yang tidak beruntung ini sampai harus dioperasi.
Saat ini progestin androgenik sudah tidak begitu androgenik. Dosisnya dalam pil kontrasepsi jauh lebih kecil, dan hormonnya biasanya digabung dengan estrogen sintetis, yang menghilangkan banyak efek maskulin pada tubuh kita.
"Progestin yang dosisnya sudah diturunkan selama bertahun-tahun, masih terkait dengan struktur kimia testosteron. Semua turunan berujung pada levonorgestrel, progestin paling umum yang paling banyak digunakan," kata Regine Sitruk-Ware, seorang ahli endokrinologi reproduksi di Population Council, New York.
"Progestin itu masih androgenik dengan sendirinya, dilihat dari fakta bahwa dia dapat mengikat reseptor androgen."
Untuk diketahui, hingga kini sudah ada beberapa generasi progestin. Progestin yang termasuk generasi awal hampir semuanya androgenik, kemudian dikembangkan ke versi progesteron sintetis.
Berbeda dengan generasi pertama, versi progesteron sintesis dapat mengobati jerawat atau menangani pertumbuhan rambut yang berlebihan. Oleh sebab itu disebut juga anti-androgenik.
Secara umum, merek pil yang lebih tua dan lebih murah cenderung mengandung hormon androgenik, sementara merek yang lebih baru, dan yang lebih mahal, cenderung mengandung anti-androgen.
Ini mungkin jadi salah satu alasan kenapa hanya ada 17 persen perempuan pengguna pil di AS yang memilih versi anti-androgenik.
Saat perempuan meminum pil dengan progestin androgenik, reseptor androgen yang ada di kelenjar keringat dan folikel rambut akan bekerja dan membuat tubuh lebih mudah berkeringat dan lebih berambut.
Selain tubuh, steroid yang kuat ini juga memengaruhi otak.
Pada pria, androgen yang dilepas saat pubertas diketahui punya akibat merombak otak. Hal ini juga berlaku pada perempuan, di mana jumlah testosteron yang relatif kecil pun dapat menyebabkan area tubuh tertentu menyusut dan area yang lain tumbuh.
Mengingat apa yang telah kita ketahui tentang kekuatan hormon-hormon ini, rasanya aneh bahwa hingga saat ini tidak ada yang memeriksa apakah progestin yang dibuat dari hormon pria punya dampak tertentu.
"Ada banyak penelitian tentang efek sampingnya secara fisik," kata Pletzer. "Ada juga penelitian tentang efek samping emosional, karena itu terus dikeluhkan oleh wanita. Tetapi sangat sedikit penelitian yang melihat dampaknya pada otak dan kognisi," kata dia.
Salah satu studi pertama dilakukan delapan tahun lalu - setelah pil digunakan selama 50 tahun. Pada saat itu, Pletzer tertarik pada bagaimana otak wanita berubah sepanjang siklus menstruasi.
Tetapi ketika dia menyadari bahwa dia tidak mengikutkan mereka yang sedang minum pil, dia bertanya pada dirinya sendiri: kenapa?
"Kita tahu bahwa steroid yang dihasilkan oleh tubuh kita sendiri, seperti progesteron dan testosteron, memengaruhi otak. Jadi tentu saja saya mengira hormon sintetis punya efek juga," kata dia.