Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iklim Dingin Berkontribusi akan Kepunahan Neanderthal

Kompas.com - 01/09/2018, 21:08 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber Newsweek

KOMPAS.com – Hipotesis tentang kepunahan manusia Neanderthal menyebutkan bahwa mereka punah karena tidak mampu bersaing secara budaya dengan manusia modern. Budaya yang dimaksud adalah berburu, komunikasi, atau kemampuan untuk mengatasi perubahan lingkungan.

Namun, studi yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the Natural Academy of Sciences mengatakan bahwa udara dingin mungkin saja berpengaruh dari kepunahan Neanderthal.

“Neanderthal adalah spesies manusia yang paling dekat dengan kita dan hidup di Eurasia sekitar 350.000 tahun. Namun, sekitar 40.000 tahun lalu — selama Zaman Es terakhir dan tak lama setelah kedatangan manusia modern di Eropa — mereka punah," ungkap Vasile Ersek dari Northumbria University.

Dilansir dari Newsweek, Jumat (31/08/2018), Ersek dan timnya melakukan penelitian menggunakan stalagmit untuk melacak sejarah iklim pada dua gua di Romania. Fungsi stalagmit serupa dengan cincin tahunan di dalam batang pohon, lapisan dalam stalagmit dapat membuka rahasia masa lalu.

Baca juga: Terungkap, Neanderthal Pertama Kali Bikin Api Sejak 50.000 Tahun Lalu

Melalui cara ini, terungkap serangkaian kondisi dingin dan kering yang ekstrem berkepanjangan di Eropa antara 44.000 dan 40.000 tahun yang lalu. Ersek dan tim menyoroti siklus suhu yang tiba-tiba berangsur semakin dingin, kemudian suhu dingin tersebut bertahan hingga berabad-abad dan kemudian memanas lagi dengan sangat tiba-tiba.

Dengan membandingkan antara catatan palaeoklimatologi dengan catatan arkeologi dari artefak Neanderthal, para peneliti menemukan korelasi antara periode dingin dengan tidak ditemukannya alat-alat dari manusia Neanderthal pada zaman tersebut.

Ini menunjukkan populasi Neanderthal sangat berkurang selama periode dingin dan membuktikan bahwa perubahan iklim memainkan peran dalam penurunan populasi mereka.

"Selama bertahun-tahun kami bertanya-tanya ‘Apa yang bisa menyebabkan kematian mereka’. Apakah mereka tersingkirkan oleh kedatangan manusia modern, atau faktor-faktor lain yang terlibat? Studi kami menunjukkan bahwa perubahan iklim mungkin memiliki peran penting dalam kepunahan Neanderthal," Kata Ersek.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Fungsi Hidung Besar Manusia Purba Neanderthal

Neanderthal adalah pemburu andal yang tahu bagaimana mengendalikan api, tetapi mereka memiliki makanan yang kurang beragam daripada manusia modern. Mereka sangat bergantung pada dari daging hewan yang berhasil mereka buru.

Padahal, sumber makanan ini secara alami menjadi langka selama periode dingin sehingga Neanderthal lebih rentan terhadap perubahan lingkungan yang cepat.

Sementara itu, para peneliti berpendapat bahwa manusia modern (Homo sapiens) dapat selamat dari cuaca dingin ekstrem karena beragam makanan ikan, tumbuhan, serta daging.

"Ketika suhu menghangat kembali, populasi (Neanderthal) yang bertahan tidak dapat berkembang karena habitat mereka juga diduduki oleh manusia modern. (Zaman es) Ini memfasilitasi perluasan manusia modern ke Eropa,” pungkas Ersek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau